|
OTOMOTIFNET - Belum hilang dari ingatan perihal amblesnya Jl. RE Martadinata, kini ada lagi jalan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan. Persisnya di Jl. HBR Motik, Kemayoran, Jakpus, tak jauh dari Pasar Mobil Kemayoran, apalagi ya?
Segera Perbaiki
Besarnya rekahan sambungan pada fly over HBR Motik diperkirakan 15 cm., jauh dari nilai toleransi sekitar 5 cm. Lebarnya rekahan itu bisa dilalui botol air mineral ukuran 600 ml. Meskipun menurut Fadli, dari Departemen Pekerjaan Umum, hal itu masih bisa ditolerir.
“Kelayakannya, saat ini masih bisa difungsikan. Tapi itu harus segera diperbaiki, takutnya kalau ada gempa atau apa akan makin bergeser lagi,” lanjut staf Pejabat Pembuat Komitmen kementrian PU saat memaparkan di Balaikota Jakarta, Selasa (19/10).
“Memang ada sedikit pergeseran, tapi kita baru lihat secara visual, belum mengukur detail seberapa pergeserannya. Pada bantalan dan balok logam di bawahnya ada sedikit pergeseran. Penyebabnya apa, saat ini masih dalam penelitian lagi. Karena pengamatan kami baru secara visual saja,” terang Fadli.
Berdasar pengamatan visual pula, Fadli menyebut jalan masih cukup aman dilewati. “Kalau dari pengamatan tadi, lalu lintas masih bisa dilewati. Belum perlu ada ada pembatasan kendaraan atau penutupan jalan. Perbaikan rencananya dalam waktu dekat ini, kami masih dalam proses koordinasi,” jelasnya.
Expansion Joint
Menurut Ery Baskoro, kepala Dinas PU, DKI Jakarta di acara sama, jembatan layang pada dasarnya tersusun dari sambungan-sambungan antar pilar. Sambungannya tidak rapat tapi disediakan ruang untuk pemuaian pada saat terjadi kenaikan suhu. Antar ruang tersebut diberi sambungan atau penutup.
“Namanya Expansion Joint (EP), bisa dari karet, besi atau logam lain. EP ini adalah penyangga atau penyambung pilar-pilar fly over yang bisa memuai saat panas dan mengerut kembali saat dingin. Ini harus dirawat setelah sekian tahun. Yang mungkin terjadi, ini kelihatan bolong pada EP, tapi struktur betonnya enggak ada masalah,” kata Ery.
Jadi dugaan jembatan renggang disebabkan EP mengelupas. “Itu kan dari karet, karet itu kan ada umurnya, lama-lama ini jadi fatigue makanya seperti ini. Risikonya lebih pada kenyamanan, kalau dilewati enggak smooth, ban langsung terjeduk pada sambungan jembatan,” jelas Ery.
EP punya fungsi kenyamanan bagi pengendara yang melewati jembatan, “Ini bukan kerusakan struktur, pengaruhnya lebih pada kenyamanan. Kalau ada (karet) bisa dilewati dengan smooth, kalau tidak ada lalu terjadi benturan saat dilewati. Pergeseran bantalan di bawahnya bakal berhenti kok, tertahan oleh struktur. Penutup yang rusak, kelihatan bolong itu fungsinya pada kenyamanan pengguna mobil,” papar Ery.
Sementara itu, menurut Yayat Supriyatna, ada 2 hal yang bisa diteliti, pertama adanya kemungkinan disebabkan pergeseran permukaan tanah. “Berikutnya, mungkin adanya kesalahan bagian konstruksi. Hal seperti ini sebenarnya juga banyak terjadi di sambungan pada ruas jalan tol,” kata pengamat transportasi massal dari Universitas Trisakti saat dihubungi, Selasa (19/10).
Irisan konstruksi jembatan layang. Ada sedikit pergeseran pada bantalan bawah |
Dosen Planologi di fakultas teknik Univ. Trisakti ini menambahkan, sebelum melakukan pembangunan bagian konstruksinya tentu sudah diperhitungkan dengan matang. Namun umur pemakaian bisa jadi pemicu sebuah masalah.
Nah, perihal umur ini menurut Ery, struktur jembatan bisa bertahan sampai 50 tahun. “Umur EP tergantung pemeliharaan, bisa 5-15 tahun. Pada saat perencanaan sudah diperhitungkan bakal memanjang seberapa banyak. Kalau jembatan pendek, EP-nya pendek dan umurnya lebih panjang. Tapi kalau jembatannya panjang, EP-nya juga panjang, jadi lebih cepat harus digantinya,” papar Ery.
Fly over Kemayoran ini dibangun pada 1991, sampai saat ini sudah berumur 19 tahun. “Jembatan ini dibangun tahun 1991, sudah lama juga. Kalau ada EP rusak dan harus diganti, itu memang sudah waktunya. Kami enggak tahu ini sudah pernah diganti atau belum. Itu bukan di bawah kami pengawasan pemeliharaannya. Kami sendiri baru melihat kondisinya hari ini. Saat ini kami juga masih dalam koordinasi,” timpal Fadli.
Waduh!
Penulis/Foto: Octa, Nawita, Riz / Tigor, Nawita
Editor | : | Editor |
KOMENTAR