S. Sanaf. Semua instansi yang berkaitan dengan sistem transportasi perlu duduk bareng |
OTOMOTIFNET - Ditemui saat kampanye “Anti Bahu Jalan” beberapa waktu lalu (15/5), S. Sanaf mengaku kalau koordinasi antar departemen pemerintah dalam manajemen transportasi memang masih banyak yang belum sinkron.
Salah satunya dengan wacana menambah jalur tol dalam kota Jakarta, disebutkannya tak akan efektif jika sarana dan prasarana jalur arteri tak juga dikembangkan.
“Singkatnya yaitu penambahan panjang jalan arteri yang lambat menyebabkan jalur tol akan lebih sering alami penumpukan volume kendaraan,” sebut pria yang menjabat kadiv manajemen operasi PT Jasa Marga.
Ia kasih contoh, dibukanya jalur tol Cikunir. “Satu tahun pertama lintas susun Cawang alami pengurangan volume sampai 15%, tapi setelah 3 tahun volumenya kembali seperti semula dan jalur tol Cikunir maupun lingkar selatan Jakarta sudah mengalami peningkatan volume kepadatan yang signifikan,” jabarnya.
Selain itu, sistem angkutan massal yang minim mutu bikin berapa pun jalur tol yang dibuka mudah dipadati kendaraan pribadi. “Mestinya juga dimensi angkutan umum juga tak terlalu banyak jenisnya, biar lebih efisien keberadaannya buat jalan umum,” ujar pria 50 tahun ini.
Ia juga menyoroti soal manajemen tata ruang perkotaan di banyak kota besar di Indonesia yang juga ikut sumbangkan potensi kemacetan dan kesemerawutan. “Mesti ada pola sistem kluster, dimana arus kendaraan ke sebuah pusat bisnis misalnya tak harus searah dengan ke area perumahan,” harapnya.
Carut marut tadi bak tegaskan lagi bahwa animo masyarakat membeli kendaraan pribadi baik mobil maupun motor sebenarnya lebih karena butuh kepastian soal waktu tempuh yang harus mereka jalani sekaligus kenyamanan.
Jadi, peningkatan mutu angkutan massal dan kepastian penambahan jalan umum lebih efektif tekan kepadatan lalu lintas. Efektif pula buat tekan konsumsi bahan bakar, apapun jenis bahan bakarnya.
Penulis/Foto: eRIE / eRIE
Editor | : | Editor |
KOMENTAR