"Gue suka banget Toyota Corona Absolute Opik dulu," tuturnya sembari mengenang andalan Opik, sang kakak, di penghujung tahun 1999-an.
Meski sempat memiliki besutan lain seperti Toyota Starlet, rupanya bayangan Corona Absolute tetap hinggap di benak Rizqi. Pria 24 tahun ini pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ketika menemukan sebuah 'bahan' di tempat yang tidak disangkanya.
Ternyata, ada sebuah mobil terbengkalai di rumah sang kekasih. Bentuknya cukup mengenaskan karena terjemur sangat lama. Namun kondisi bodinya masih lurus. "Belum lewat 100 ribu km," bilang karyawan Bank BRI di Puri Indah, Jakbar ini. Singkat kata, mobil pun dibayar.
Mengingat kondisi mobil yang tak laik jalan, proyek renovasi dimulai. Bukan perkara sulit mengingat Opik mengelola bengkel modifikasi Lm&T di Kemandoran, Jakbar. Toh, tetap perlu banyak pengerjaan.
"Interior pecah-pecah karena kepanasan. Terus mesin dan suspensi dibangun ulang. Kalau bodi sih tidak ada keropos," papar bungsu dari lima bersaudara ini.
Rizqi. Corona Absolute besar, nyaman, bertenaga namun tetap irit (kiri). Dasbor dibangun ulang dengan nuansa two tone (kanan).
"Beli langsung dari Amerika," bisik Rizqi. Sekilas mirip lampu Corona, namun kalau diperhatikan lebih mirip lampu Lexus ES3000.
Lampu belakang diremajakan saja, disempurnakan memindahkan nomor polisi ke bagasi. "Seperti Corona Absolute keluaran akhir. Karena Absolute ini plat nomornya ada di bumper," ulas Opik.
Dengan begitu, desain bumper pun bisa dimaksimalkan. Seperti desain diffuser belakang mengadopsi bumper BMW racikan Hammann.
Sementara body kit lebih berkesan elegan. Namun bergaya sporty pun masih kena. Seperti pemakaian pelek A-Tech 18 x 7,5 inci dan ban 215/40R18. "Sebenarnya setting pakai pelek 20 inci, tetapi buat harian lebih pas yang ini," ucap Rizqi.
Fender kena tarik sedikit, plus antisipasi camber -2,75 di belakang. Perlu adaptor lebih tebal sedikit lagi biar bibir pelek rata bibir spatbor. Ngoprek sambil nostalgia? Cihuy! (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR