Hanya hadir dalam transmisi manual, kehadiran crossover terkecil ini jelas bukan untuk memenuhi permintaan komuter dalam kota. Lantas, apa tujuannya?
Jakarta - Kalau hanya mengandalkan penambahan cover plastik lalu menyebutnya sebagai crossover, rasanya semua pabrikan bisa saja melakukannya. Sedikit improvisasi, PT. Hyundai Mobil Indonesia (HMI) menambahkan ketinggian dengan penggunaan ban profil 165/65.
HU tidak terintegrasi jadi sulit dijangkau
Ruang belakang tergolong lega di kelasnya, headrest terintegrasi membuat sandaran jadi mendangak
Bukan suspensinya ya, karakter sokbreker justru cenderung keras, tentu baik untuk memberikan kestabilan saat menikung atau cruising pada kecepatan tinggi. Namun penggunaan ban besar membuat rasa saat bodi jatuh ke tanah lebih lembut. Jarang rasanya melewati jalan rusak parah menjadi enak saja di dalam sebuah city hatchback. Oh maaf, crossover...
Pengaturan spion, masih manual nih?
Meski secara keseluruhan nyaman dan lebih refined, Grand i10X tidak menonjolkan apapun ketika dikendarai di dalam kota. Memang, setir MDPS-nya yang sangat ringan, membuat parkir dan bermanuver di kecepatan rendah menjadi lebih mudah.
Ban 165/65 cukup tebal untuk membuat bantingan empuk, namun tetap stabil
Lantas, apa keunggulannya? Menjadi salah satu sesi tes hatchback terunik untuk OTOMOTIF, kami membawa versi berotot dari Grand i10 ini ke trek tanah di Serpong, Tangsel. Kopling ditahan sebentar sembari membangun gas, lepas dan kemudian ban depan berputar di tempat seketika di tanah merah kering saat mulai melaju.
Jujur saja, sensasi ban spin selalu sedikit menorehkan senyuman kan? Membuat kami mengerti alasan HMI hanya menyediakan transmisi manual 5-percepatan pada varian X ini. Gundukan tanah mudah saja dilewati tanpa membuat badan sakit, berkat profil ban tebal. Begitu juga ketika harus menikung, tidak perlu takut mengerahkan tenaga lebih sebelum berbelok.
Dengan ground clearance menyamai crossover, sulit mencari pesaing city hatchback sekelasnya
Ringannya setir memang mengurangi feedback di aspal, namun di atas tanah, artinya menikung saat cepat lebih mudah. Meski ground clearance terasa cukup, namun rintangan seperti perbukitan bersudut ekstrem tentu sulit dilewati.
Ingat, ini hanya sebuah city hatchback yang dijelmakan menjadi crossover, sehingga approach dan departure angle tidak sebesar SUV. Apalagi, jangan harap main tanah basah. Tidak adanya penggerak roda 4, berarti akan sangat mudah kehilangan traksi saat tanah terlalu licin.
Terpenting, sensasi ‘bermain’ di atas tanah selama 2 jam terasa lebih menyenangkan daripada membawanya keliling kota selama 2 hari. Penasaran mencobanya? • (otomotifnet.com)
STILL A GOOD CITY HATCHBACK
Memang sebuah sensasi yang berbeda untuk menjajalnya di atas tanah, tetapi fakta bahwa Grand i10X tetap akan menjadi komuter kota harian tidak dapat dihindari. Beberapa catatan, blower AC di posisi 1 terasa kurang dingin di siang hari, namun saat hari menjadi gelap, suara kipas berputar sangat terdengar dan anginnya terasa kencang.
Kemudian tuas transmisinya sering menimbulkan bunyi ‘gruuk' saat dipindahkan dari 1 ke 2, atau dari 2 ke 3, meski kopling terasa ringan dan perpindahannya akurat. Power window belakang terlihat seperti tambahan. Head unit aftermarket 2-DIN sulit dijangkau sambil mengemudi. Spion dengan pengaturan manual? Ayolah HMI, LCGC saja banyak yang sudah elektrik.
Di balik banyak kekurangannya, tetap saja Grand i10X terasa masih mumpuni untuk mengarungi kota sehari-hari. Seringnya downshift yang hadir di versi transmisi otomatis saat menanjak jadi absen di sini. Konsumsi dalam kota juga jadi kabar baik, naik 2,3 km/l dibanding Grand i10 GLS A/T. Akselerasi 0-100 pun hampir 2 detik lebih baik.
Kemudian kedap suara terasa di atas pesaingnya, ditandai dari pintu terasa lebih berat. Lalu support jok depan sangat baik untuk menahan body roll, hanya saja jika head rest menggunakan versi adjustable pasti akan lebih ergonomis, terutama untuk penumpang belakang yang terlalu mendongak jika bersandar.
DATA MODIFIKASI:
Mesin: Kappa berkapasitas 1.248 cc, DOHC 16V dengan MPI dan D-CVVT Output Maksimum: 87 dk @ 6.000 rpm Torsi Maksimum: 119 Nm @ 4.000 rpm Transmisi: Manual 5-percepatan Dimensi (p x l x t): 3.765 mm x 1.660 mm x 1.505 mm Wheelbase: 2.425 mm Sistem Kemudi: MDPS (Motor Driven Power Steering) Ground Clearance: 178 mm Suspensi Depan: McPherson Strut dengan Gas Shock Absorber Suspensi Belakang: Coupled Torsion Beam Axle dengan Gas Shock Absorber Rem Depan / Belakang: Disc / Drum Harga: Rp 160,5 juta (on the road Jakarta)
DATA TEST:
Mesin X M/T GLS A/T
0 - 60 km/jam 4,8 detik
5,6 detik 0 - 100 km/jam
12,3 detik 14,2 detik
40 - 80 km/jam 5,5 detik 6 detik
0 - 201 m 11,7 detik 12,2 detik
0 - 402 m 18,2 detik 19,1 detik
Data Konsumsi
Dalam Kota (kombinasi) 14,3 km/liter 12,5 km/liter
Konstan 60 km/jam 31,2 km/liter @ 1.850 rpm
Konstan 100 km/jam 18,5 km/liter @ 3.000 rpm 20 km/liter
TESTIMONI
Yohanes David Saputra, 23 tahun
Pengguna Toyota Kijang Innova G M/T
“Fiturnya sangat minim, harusnya ada ABS untuk sekelas ini. Setirnya terasa sangat ringan, tetapi jahitan terlihat kurang rapi. Bantingan empuk, nyaman untuk di kelasnya.”
Editor | : | Otomotifnet |
KOMENTAR