Jakarta - Sebagai penyimpan energi listrik di kendaraan, keberadaan aki sudah pasti amat sangat penting. Oleh karenanya jangan pernah abaikan soal perawatan. Jangan sampai gara-gara lalai merawat, masa iya mesin jadi susah di-starter.
Sudah gitu, kendaraan sekarang yang rata-rata sudah menggunakan transmisi otomatis, pasti lebih menyusahkan karena tak bisa menyalakan mesin dengan cara mendorong mobil. Repot kan...Terlebih, walau sepintas bentuknya sama saja.
Tapi masing-masing merek ada perbedaan loh. Makanya OTOMOTIF mengulas panjang lebar nih, soal jenis yang banyak beredar, perawatannya sampai ke tata cara kalau sampai harus jumper. Apa dan bagaimana sebenarnya aki, simak ulasannya berikut ini. • (otomotifnet.com)
PERAWATAN
Saat ini banyak aki yang umurnya hanya 1 tahun ataupun kalau lebih, itu hanya bisa mencapai 1,5 tahun. Dengan kenyataan yang seperti itu jangan lantas enggak perlu ada perawatan, terutama bila aki yang dipakai tipenya basah.
Perawatan yang dilakukan juga tergantung pemakaian dan suhu udara sekitar. Semakin sering pakai dan suhu yang panas, maka air aki kudu lebih sering dikontrol. Caranya dengan mamastikan cairan tersebut ada persis di garis batas atas (upper). Kalaupun sampai terjadi penguapan, segera isi kembali air sampai level atas.
Jaga jangan sampai air aki berada di batas bawah teralu lama. Itu akan merusak sel dan efeknya harus merogoh kocek buat beli aki baru. Baik aki maintenance free atau basah, perhatikan bagian kepalanya jangan sampai timbul korosi. Korosi pada aki disebabkan oleh pemasangan terminal aki yang tidak rapat atau masih menyisakan celah, walau kecil.
Alhasil elektrolit di dalam aki yang menguap, ketika terkena percikan listrik yang tak kasat mata karena terminal tidak rapat, hal inilah yang akan menimbulkan korosi berupa endapan putih di kepala dan terminal aki.
Jika didiamkan berlarut-larut, Korosi yang ada akan mengakibatkan terhambatnya suplai listrik. “Cara bersihkannya cukup pakai air panas. Setelah terminal dibasahi dengan air panas, gosok kotorannya dengan sikat gigi sampai bersih. Keringkan air, untuk mencegah konsleting,” terang Jansen Liem dari bengkel khusus aki Elektro Jaya di bilangan Depok, Jabar. •
JUMPER
Sepele tapi tetap harus jadi warning saat melakukan kegiatan ini. Setelah menggabungkan kutub positif dengan kabel jumper, jangan lantas diikuti menggabungkan kutub negatif dari aki bagus ke yang soak. “Aki soak cenderung mengeluarkan hydrogen. Dengan cara penyambungan itu, ada potensi jadi pemicu ledakan,” papar Asen, panggilan akrab Jansen.
Sebab, saat terminal disambung dan ada percikan, hydrogen dari aki bisa menimbulkan percikan. Cara yang baik dalam urusan jumper itu adalah menggabungkan kutub positif pada ke-2 aki tersebut. Sedangkan untuk kutub negatifnya sebisa mungkin dijauhkan dari aki. Misal bisa saja dijepit ke baut pemegang sokbreker atau bagian besi di ruang mesin yang jauh dari aki.
Ia pun menyarankan agar mematikan fitur yang bisa membebani seperti lampu, Ac dan radio, serta memastikan agar posisi tuas transmisi dalam keadaan netral untuk jenis manual dan P (Park) untuk transmisi otomatis.
Sebelum melakukan proses jumper, nyalakan mobil dengan aki yang masih bagus selama 30 detik hingga 1 menit agar dapat melakukan pengisian dengan baik, baru bisa digunakan untuk membantu proses jumper terhadap aki yang soak/lemah.
“setelah mobil yang akinya soak dapat menyala, lepas pelan-pelan kabel jumper agar tidak bersentuhan dengan part bergerak seperti kipas atau timing belt,” tutup pria yang sudah menjalankan bisnisnya selama 10 tahun ini. •
Editor | : | Otomotifnet |
KOMENTAR