Jakarta - Persaingan motor sport 150 cc yang semakin sengit tak hanya soal desain, mesin dan teknologi saja. Urusan penjualan pun rupanya terjadi persaingan yang cukup ketat dan menjadi prioritas para pabrikan.
Saat ini, ada tiga pabrikan Jepang yang bermain di segmen motor sport dengan mesin 150 cc. Yaitu Honda dengan empat model motor, Yamaha dengan tiga model motor, dan Kawasaki dengan tiga model motor.
Persaingan sengit terjadi antara Honda dan Yamaha dengan selisih total penjualan yang terpaut tipis. Sedangkan Kawasaki terbilang aman karena main di segmen blue ocean dengan motor sport 150 cc bergenre off-road, KLX 150 Series dan D-Tracker 150.
Berdasarkan data AISI, untuk Honda sendiri angka penjualan tertinggi diarih oleh Verza 150 sebanyak 5.189 unit (33,5 persen), kemudian di urutan kedua ada All New CB150R sebanyak 5.037 unit (32,5 persen), di urutan ketiga ada CBR150R sebanyak 4.855 unit (31,4 persen), dan terakhir ada New Mega Pro FI yang hanya terjual 398 unit (2,6 persen). Total penjualan motor sport 150 cc Honda di bulan Januari 2016 yaitu sebanyak 15.479 unit.
Kemudian untuk Yamaha, angka penjualan tertinggi diraih oleh New V-Ixion Advance sebanyak 13.340 unit (76,8 persen), lalu di urutan kedua ada YZF-R15 sebanyak 2.754 unit (15,9 persen) dan terakhir di urutan ketiga ada Byson FI sebanyak 1.273 unit (7,3 persen). Total penjualan motor sport 150 cc Yamaha di bulan Januari 2016 yaitu sebanyak 17.367 unit.
Untuk Kawasaki, total penjualan dari KLX 150 series dan D-Tracker 150 di bulan Januari 2016 yaitu sebanyak 6.552 unit. Dengan kontribusi penjualan terbesar dari KLX 150 series.
Berdasarkan angka di atas, ada tiga besar motor sport yang paling laris di Indonesia pada bulan Januari 2016. Juara pertama yaitu Yamaha New V-Ixion Advance, urutan kedua ada Honda Verza 150 dan di urutan ketiga ada All New CB150R.
Sementara untuk kategori pabrikan, Yamaha masih memimpin penjualan motor sport dengan mesin 150 cc. Diikuti oleh Honda dan Kawasaki di urutan dua dan tiga. (motor.otomotifnet.com)
Editor | : | Denta |
KOMENTAR