Sentul - Saat launching di Sentul, Kenji Kawai Large Project Leader Honda R&D Co., Ltd. Motorcycle R&D Center, menerangkan bahwa All New CBR150R didesain sesuai dengan DNA CBR, seperti CBR900RR 1992 yang mengedepankan kontrol, “Total control, mudah dikendalikan,” terangnya.
Saat first ride di tempat terbatas, sehari setelah launching memang sudah bisa dirasakan bahwa handlingnya istimewa, walaupun sempit dengan mudahnya diajak knee down. Nah makin terasa gampang dikontrol saat PT Astra Honda Motor mengajak mencoba di sirkuit Sentul kecil. Seperti apa kesan lengkapnya? (motor.otomotifnet.com)
Handling Istimewa
Begitu duduk, kesan yang ditawarkan All New CBR150R ini beda dengan generasi sebelumnya, tangkinya lebih ramping sehingga lebih enak dijepit. Dikombinasi setang yang lebih mundur dan lebih sempit 24 mm dari CBR150R sebelumnya, lebarnya dari 710 mm jadi 686 mm. Efeknya setang lebih mendekat badan dan posisi duduk tetap racy ala besutan balap, pas deh untuk di sirkuit.
Begitu masuk sirkuit, lap pertama masih pelan untuk memanaskan ban dan cek rem. Lap berikutnya langsung gas lebih dalam, di sinilah rasa kagum pada handling yang ditawarkan, benar-benar sesuai klaim Kawai-san, mudah dikendalikan!
Ketika akan masuk tikungan walaupun hard braking laju tetap mudah dikendalikan, lalu saat arah motor ditarik masuk ke dalam tikungan juga nurut banget, sehingga dengan mudahnya melibas sisi paling dalam dengan teknik out-in-out. Dan jangan kaget ada suara “sreeekkk” karena footstep menggasak aspal, untung model lipat dengan per pembalik, sehingga lebih aman.
Istimewanya lagi grip kedua ban saat menikung maksimal juga bagus, sehingga motor tetap “diam”. Begitu gas dibuka untuk keluar tikungan, laju juga mudah dikontrol, karena tak ada gejala godek dan traksi ban belakang tetap maksimal. Keistimewaan handling tentu efek dari rancang bangun sasis baru. Sasis utama tetap model teralis, sedang seat rail atau sub frame dibikin lebih sempit dan nungging.
Agar handling bagus titik berat diatur di tengah, caranya dengan menambah panjang lengan ayun 13 mm dari 513 mm jadi 526 mm, sedang wheelbase melar dari 1.296 mm jadi 1.312 mm, dipadu dengan monosok pro-link yang terkenal bikin buntut anteng.
Lalu sudut rake hanya 25°, terbilang sempit makanya gampang diajak belak-belok tajam. Jurus berikutnya dengan mengurangi bobot. Totalnya turun 5 kg, jadi hanya 135 kg dari 140 kg, sehingga menunjang manuver lebih mudah dan lincah. Tak heran saking mudahnya diajak rebah, permukaan ban yang berukuran 100/80-17 dan 130/70-17 terpakai sampai paling pinggir!
Mesin Responsif
Kendati sirkuit Sentul kecil yang aslinya untuk gokart ini terbilang kecil, tapi cukup untuk merasakan performa mesin sampai redline di 10.400 rpm, tapi memang cuma sampai gigi 4. Jadi jangan tanya top speed maksimal ya, karena jelang R1 cuma sekitar 95 km/jam.
Dengan konfigurasi mesin square (57,3 x 57,8 mm), performa yang ditawarkan tergolong merata, sejak rpm rendah torsi terbilang lumayan, cukup atur gas minimal 4.000 rpm maka tiap keluar tikungan bisa cepat tanpa perlu selip kopling hingga meraih peak power 16,9 dk di 9.000 rpm, sedang torsi maksimal lebih cepat lagi, tepatnya 13,7 Nm di 7.000 rpm.
Gigi 1 sampai 4 rasionya cukup rapat, sehingga pas untuk main di sirkuit pendek-pendek. “Tinggal ganti ban sama ganti knalpot sih sudah cukup banget untuk latihan rutin atau ikut fun race di Sentul kecil,” komentar rekan Tester OTOMOTIF
Editor | : | Otomotifnet |
KOMENTAR