Yogyakarta - Daldiri, warga Pakem, Kaliurang, Yogyakarta, mengelap Jeep Willysnya. Butir-butir air di jok belakang dikeringkan. Pria yang termasuk sesepuh di wisata Gunung Merapi ini, sedang menunggu pelanggan keduanya pagi itu.
Sesuai janji, dua keluarga berjumlah 9 orang datang tepat waktu jam 8.00 di meeting point Museum Merapi. Setelah membagi dua konsumen dengan jip kawannya, diputar kunci kontak Willys yang ternyata bermesin Toyota 7K dengan girboks 4 speed.
Bruumm dua jip inipun menuju lereng merapi, berbaur dengan 580 jip lainnya yang liburan panjang ini menjadi kendaraan sejuta umat.
Setiap liburan panjang selalu membawa berkah bagi ‘jipers’ Merapi. Semua wisatawan baik dalam dan luar negeri tumplek-blek. Tak hanya anak-anak muda, keluarga terdiri dari anak kecil 3-4 tahun, orangtua sekitar 60 tahunan, bersuka cita naik jip lewat trek light off-road.
Bahkan liburan kali ini banyak sekali dijumpai kelompok perusahaan hingga kelompok arisan dengan polo shirt seragam.
Teriakan kegirangan terdengar di lereng Merapi. Pasalnya banyak wisatawan berdiri di roll bar jip, merasakan goncangan dan desiran angin ala Gunung yang meletus pada 2010 lalu ini.
“Sensasinya berbeda, selain naik jip di jalan yang berbatu, kami juga mencoba lewat Kali Kuning,” tutur Afinka, pelajar dari Jakarta. Kali kuning ada di desa Cangkringan yang pada beberapa areanya bisa dilalui jip.
Lewat biaya sewa berkisar Rp 350-600 ribu tergantung rute yang dipilih, para wisatawan bisa memilih aneka jip. Selain dominasi Toyota FJ atau yang kerap dipanggil Hardtop, Willys, Daihatsu Taft GT dan Taft bensin 1979, juga bisa memilih Land Rover yang jumlahnya tak lebih dari 15 unit.
Setiap jip bisa memuat 4 dewasa, masing-masing 3 duduk dibelakang dan depan 1 orang. Kalau mau yang berdaya angkut lebih besar, pilihan pakai Toyota FJ atau Landie sekalian.
Editor | : | billy |
KOMENTAR