Suspensi Canggih
Salah satu pembeda R1M dengan R1 biasa pada suspensi, versi mahal ini pakai Ohlins Electronic Racing Suspension (ERS). Suspensi berwarna emas ini di ujung atasnya ada kabel, yang tugasnya melakukan pengaturan compression dan rebound.
Pengaturan bisa diset otomatis dan manual, dengan cara masuk ke Yamaha Ride Control (YRC) yang ada di panel instrumen. Jadi untuk mengatur keras dan lembutnya suspensi cukup main tombol, tak perlu pakai kunci atau obeng. Canggih ya?
Oh ya, bisa pula pakai smartphone ios atau Android dengan sebelumnya menginstal aplikasi YRC Setting. Namun kendati diseting paling lembut, karakter suspensinya tetap khas sport bike yang agak keras, karena bertujuan memberikan kestabilan saat dipacu kencang.
Sistem Elektronik Kompleks
R1M dilengkapi sistem elektronik yang kompleks, yang membantu rider agar bisa menyesuaikan dengan kondisi lintasan dan skill. Ada 4 Riding Mode, yaitu A, B, C, D. Di dalamnya berisi bermacam parameter yang bisa diubah, yaitu Power, Traction Control System (TCS), Slide Control System (SCS).
Kemudian jika kalau masuk ke YRC, dengan cara menekan dan tahan tombol Menu di setang kanan, setingan yang bisa diubah lebih banyak lagi. Meliputi Quick Shifter, Lift Control sampai Launch Control System (LCS) dan setingan suspensi.
Sebagai pendukung kinerjanya, R1M pakai 6 axis Inertial Measurement Unit (IMU), yang dibekali gyro sensor dan 3D data serta terhubung ECU. Teknologi ini membaca gerakan motor saat akselerasi, deselerasi dan kemiringan.
Akselerasi Kilat
Keberadaan berbagai sistem elektronik tadi sangat terasa kerjanya ketika melakukan tes akselerasi. Sebelum gas pol, LIF diatur pada posisi 2, TCS di 6 (dari 9) agar traksi maksimal dan tak lupa mengaktifkan LCS.
Cara mengaktifkan LCS ini ada stepnya. Setelah diaktifkan di YRC, lambangnya akan muncul di sisi kiri atas panel LCD dengan warna dasar abu-abu. Saat akan digunakan, pencet tombol mode beberapa detik maka logonya akan berkedip dan warna dasar berubah jadi terang, artinya siap digunakan.
Tinggal tarik kopling, masukkan gigi dan gas pol. Maka putaran mesin akan ditahan di 10.000 rpm, sedang jika LCS diseting di 2 maka hanya di 8.000 rpm. Saat gas pol maka akan mirip pembalap MotoGP start, suara knalpot ada ledakan seperti brebet terputus-putus.
Selanjutnya tinggal buka perlahan kopling dan motor meluncur bak peluru, wuuuuzzz... Kendati LIF sudah diaktifkan, tiap pindah gigi roda depan ternyata masih sedikit terbang, yap mendongak sehingga harus sambil dorong ke depan biar turun. Huuufff...
Oh ya, dengan adanya quick shifter, pindah gigi cukup congkel tuas dengan tetap gas mentok, pindahnya smooth banget.
Berapa catatan waktunya? 0-100 km/jam hanya 3,4 detik dan 0-200 km/jam cuma 8,8 detik. Sementara untuk jarak 0-402 meter ditempuh cuma 10,9 detik! Singkat banget kan? Canggihnya, ketika braking dari kecepatan lebih dari 200 km/jam, jarak main tuas jadi lebih pendek, tentu membuat rem terasa lebih responsif.
110° C di Paha
Meski bertenaga, tapi hawa panas dari mesin di seputaran lutut dan paha sangat terasa, panas mesin juga merayap hingga ke sasis dan tangki. Maklum saja dengan rasio kompresi 13:1, sehingga panas yang dihasilkan juga tinggi.
Ketika jalan merayap ditampilkan suhu cairan pendingin sekitar 103° C, jika berhenti di lampu merah sampai 110° C, nah kalau lancar baru turun jadi sekitar 95° C. Hooott...
Editor | : |
KOMENTAR