Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Data Lengkap Test Ride Yamaha YZF-R1M di Jalanan, Berasa Panas

Otomotifnet - Jumat, 16 September 2016 | 08:45 WIB
Test Ride Yamaha YZF-R1M
salim/otomotifnet.com
Test Ride Yamaha YZF-R1M

 

Start Pakai Launch Kontrol System. Tinggal gas pol mirip pembalap MotoGP start, lepas kopling perlahan motor langsung melesat, tanpa takut roda depan terangkat. Wussssssh..!

JAKARTA - Test ride kali ini merupakan pertemuan kedua OTOMOTIF dengan Yamaha YZF-R1M. Yang pertama saat tes Bridgestone Battlax S21 Maret silam di sirkuit Yas Marina, Abu Dhabi. Kala itu merasakan performanya di trek balap F1 yang super mulus, sehingga lebih sering main di kecepatan tinggi.

Nah di kesempatan ini yang menggunakan unit milik Yamaha Indonesia, difokuskan pada penggunaan di jalan raya. Sekalian tes akselerasi, konsumsi bensin dan menguji di dynamometer untuk mengetahui tenaga dan torsi di roda. Berikut rangkuman dari pengetesan motor yang dijual Rp 812 juta OTR Jakarta ini. Simak terus! • (otomotifnet.com)

 

Bungkuk dan Panas
Posisi duduk R1M bisa dibilang paling ekstrem di antara moge 1.000 cc lainnya, lantaran sangat merunduk memaksa rider membungkuk. Bisa begitu karena tinggi jok mencapai 860 mm, jinjit saat berhenti!

Dikombinasi setang yang begitu rendah khas sport bike. Dengan posisi ini, berkendara di jalan raya seputaran Jakarta saat weekday yang merayap memang sengsara. Telapak tangan, lengan, punggung dan pinggang jadi cepat pegal. Jika berkendara di atas 30 menit kelamaan tangan akan kesemutan.

Jika ingin menikmati R1M, mesti pintar cari jalur yang lancar atau sekalian Minggu pagi, ketika jalan lebih lengang. Sehingga kecepatan bisa lebih tinggi dan posisi duduk sekalian menunduk dan tangan ditekuk, hasilnya jadi lebih nyaman.

Dalam kondisi lancar, bisa dirasakan handling yang mudah diarahkan. Selain bobot kering cuma 180 kg, wheelbase juga pendek hanya 1.405 mm. Tapi jangan diajak berkelit di kemacetan ya, tetap susah karena sudut kemudinya lebar.

Torsi Bak 2 Silinder
R1M menggunakan konsep mesin seperti R1 lawas, yaitu kruk as crossplane yang diturunkan dari YZR-M1 tunggangan Valentino Rossi di MotoGP. Keunikannya posisi piston seakan tak beraturan dengan timing pengapian 1-3-2-4, sedang mesin 4 silinder umumnya pakai timing 1-2-4-3.

Efeknya suara mesin cenderung kasar, malah mirip mesin 2 silinder L Ducati. Dan karakternya juga mirip. Sejak putaran bawah torsinya terasa lebih badak, sangat beda dengan mesin 4 silinder biasa.

Tak heran di jalan raya lebih sering hanya pakai gigi 1 dan 2 karena dorongan tenaga dari awal serasa tak habis-habis. Kadang masuk 3 atau 4 pun hanya untuk menurunkan rpm, sedang gigi 5 dan 6 bisa dibilang enggak pernah terpakai.

Suspensi Canggih
Salah satu pembeda R1M dengan R1 biasa pada suspensi, versi mahal ini pakai Ohlins Electronic Racing Suspension (ERS). Suspensi berwarna emas ini di ujung atasnya ada kabel, yang tugasnya melakukan pengaturan compression dan rebound.

Pengaturan bisa diset otomatis dan manual, dengan cara masuk ke Yamaha Ride Control (YRC) yang ada di panel instrumen. Jadi untuk mengatur keras dan lembutnya suspensi cukup main tombol, tak perlu pakai kunci atau obeng. Canggih ya?

Oh ya, bisa pula pakai smartphone ios atau Android dengan sebelumnya menginstal aplikasi YRC Setting. Namun kendati diseting paling lembut, karakter suspensinya tetap khas sport bike yang agak keras, karena bertujuan memberikan kestabilan saat dipacu kencang.

 

Sistem Elektronik Kompleks
R1M dilengkapi sistem elektronik yang kompleks, yang membantu rider agar bisa menyesuaikan dengan kondisi lintasan dan skill. Ada 4 Riding Mode, yaitu A, B, C, D. Di dalamnya berisi bermacam parameter yang bisa diubah, yaitu Power, Traction Control System (TCS), Slide Control System (SCS).

Kemudian jika kalau masuk ke YRC, dengan cara menekan dan tahan tombol Menu di setang kanan, setingan yang bisa diubah lebih banyak lagi. Meliputi Quick Shifter, Lift Control sampai Launch Control System (LCS) dan setingan suspensi.

Sebagai pendukung kinerjanya, R1M pakai 6 axis Inertial Measurement Unit (IMU), yang dibekali gyro sensor dan 3D data serta terhubung ECU. Teknologi ini membaca gerakan motor saat akselerasi, deselerasi dan kemiringan.  

 

Akselerasi Kilat
Keberadaan berbagai sistem elektronik tadi sangat terasa kerjanya ketika melakukan tes akselerasi. Sebelum gas pol, LIF diatur pada posisi 2, TCS di 6 (dari 9) agar traksi maksimal dan tak lupa mengaktifkan LCS.

Cara mengaktifkan LCS ini ada stepnya. Setelah diaktifkan di YRC, lambangnya akan muncul di sisi kiri atas panel LCD dengan warna dasar abu-abu. Saat akan digunakan, pencet tombol mode beberapa detik maka logonya akan berkedip dan warna dasar berubah jadi terang, artinya siap digunakan.

Tinggal tarik kopling, masukkan gigi dan gas pol. Maka putaran mesin akan ditahan di 10.000 rpm, sedang jika LCS diseting di 2 maka hanya di 8.000 rpm. Saat gas pol maka akan mirip pembalap MotoGP start, suara knalpot ada ledakan seperti brebet terputus-putus.

Selanjutnya tinggal buka perlahan kopling dan motor meluncur bak peluru, wuuuuzzz... Kendati LIF sudah diaktifkan, tiap pindah gigi roda depan ternyata masih sedikit terbang, yap mendongak sehingga harus sambil dorong ke depan biar turun. Huuufff...

Oh ya, dengan adanya quick shifter, pindah gigi cukup congkel tuas dengan tetap gas mentok, pindahnya smooth banget.

Berapa catatan waktunya? 0-100 km/jam hanya 3,4 detik dan 0-200 km/jam cuma 8,8 detik. Sementara untuk jarak 0-402 meter ditempuh cuma 10,9 detik! Singkat banget kan? Canggihnya, ketika braking dari kecepatan lebih dari 200 km/jam, jarak main tuas jadi lebih pendek, tentu membuat rem terasa lebih responsif.

110° C di Paha
Meski bertenaga, tapi hawa panas dari mesin di seputaran lutut dan paha sangat terasa, panas mesin juga merayap hingga ke sasis dan tangki. Maklum saja dengan rasio kompresi 13:1, sehingga panas yang dihasilkan juga tinggi.

Ketika jalan merayap ditampilkan suhu cairan pendingin sekitar 103° C, jika berhenti di lampu merah sampai 110° C, nah kalau lancar baru turun jadi sekitar 95° C. Hooott...

Power on Wheel
Penasaran berapa tenaga di roda? Untuk mengetahuinya dites pakai dynamometer Dynojet 250i milik Sportisi Motorsport di Rawamangun, Jaktim. Lantaran ada 4 pilihan power mode, maka diukur satu-persatu untuk mengetahui bedanya.

Pertama mode A yang bawaannya power 1, maksimal mencapai 171,13 dk di 14.000 rpm dan torsi 98,72 Nm di 9.200 rpm. Mode B yang pakai power 2 hasilnya ternyata beda tipis, tenaga maksimal 172,75 dk di 14.000 rpm dan torsi 98,27 Nm di 9.300 rpm. Kedua mode ini karakternya sangat agresif, respon mesin lebih galak dari bukaan gas, cocok untuk di sirkuit yang butuh tenaga maksimal.

Lanjut mode C yang pakai power 3, tenaga hanya 167,09 dk di 14.100 rpm dan torsi 95,05 Nm di 11.800 rpm. Repson mesin cenderung linear dengan bukaan gas, cocok buat yang ingin lebih rileks namun tetap garang.

Nah mode D dengan power 4 ternyata yang paling lemot. Tenaga maksimal hanya 111,66 dk di 12.400 rpm dan torsi 70,32 Nm di 10.800 rpm. Bedanya lagi, jika mode lain grafik tenaga terus naik sampai limiter, yang ini malah menurun. Mode ini cocok dipakai untuk pemula atau saat hujan.

Haus Bensin
Menghasilkan tenaga yang besar, mesin 4 silinder 998 cc dengan throttle body 48 mm ini ternyata cukup haus bensin. Digunakan mengarungi berbagai kondisi jalan, paling irit menurut angka yang disajikan MID hanya 11,1 km/lt.

Sebanding sih, tapi sebentar-sebentar mesti mampir SPBU . Oh ya, itu pakai bensin kombinasi oktan 95 dan 98. 

Data Test:
0-60 km/j: 2,1 detik
0-80 km/j: 2,8 detik
0-100 km/j: 3,4 detik
0-200 km/j: 8,8 detik
0-100 m: 5 detik (@141,1 km/j)
0-201 m: 7,3 detik (@179,2 km/j)
0-402 m: 10,9 detik (211,6 km/j)
Konsumsi bensin: 11,1 km/lt

Data Spesifikasi:
Engine type: liquid-cooled, 4-stroke, DOHC, forward-inclined parallel 4-cylinder, 4-valves
Displacement: 998 cc
Bore x stroke: 79 mm x 50,9 mm
Compression ratio: 13:1
Max power: 198 dk (147,1 kW) @13.500 rpm*
Max torque: 112,4 Nm @11.500 rpm*
Lubrication system: Wet sump
Clutch Type: Wet, Multiple Disc
Carburettor: Fuel Injection
Ignition system: TCI (digital)
Starter system: Electric
Transmission system: Constant Mesh, 6-speed
Final transmission: Chain
Chassis
Frame: Aluminium Deltabox
Front suspension system: Telescopic forks, Ø 43 mm
Front travel: 120 mm
Caster Angle: 24º
Trail: 102 mm
Rear suspension system: Swingarm, (link suspension)
Rear Travel: 120 mm
Front brake: Hydraulic dual disc, Ø 320 mm
Rear brake: Hydraulic single disc, Ø 220 mm
Front tyre: 120/70 ZR17M/C (58W)
Rear tyre: 200/55 ZR17M/C (78W)
Dimensions
P x L x T: 2.055 x 690 x 1.150 mm
Seat height: 860 mm
Wheel base: 1.405 mm
Minimum ground clearance: 130 mm
Wet weight (including full oil and fuel tank): 200 kg
Fuel tank capacity: 17 litres
Oil tank capacity: 3,9 litres

*ket: Klaim Yamaha

 

Editor :

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa