Jakarta - Enggak hanya facelift saja yang dihadirkan, tapi juga varian baru untuk Yaris diperkenalkan akhir tahun 2016 ini. Salah satu yang menonjol dari varian yang facelift adalah penggunaan mesin yang sudah pakai 2NR-FE dan Dual VVT-i. Penggunaan mesin ini, bakal membuat mesin lebih bertenaga dan irit. Oh ya, mesin ini juga diusung pada kendaraan keluarga, Toyota Sienta.
Di Tanah Air, kemunculannya telat 1 generasi. Seperti pada kemunculannya pada 10 tahun lalu, sebenarnya itu sudah masuk generasi ke-2 di Jepang. Pada generasi All New Yaris dengan mesin 1NZ-FE yang 1.497 cc VVT-i, konsumsi bahan bakar dalam kotanya mencapai 11,9 km/liter. Nah paling baru, pakai mesin 2NR-FE yang Dual VVT-i. Dengan mesin yang sama, Sienta tipe Q A/T, konsumsi bahan bakarnya 10,9 km/l. Ini dia seluk beluk Yaris dari awal sampai generasi All New. • Oct/otomotifnet.com
Sejarah
Toyota Yaris bukan asli Indonesia? Itu bukan hanya produksi awalnya saja alias generasi pertama yang meluncur pada 2006 silam, tapi sampai produksi 2013. Kendaraan jenis hatchback ini, merupakan obat kerinduan bagi penyukanya. Setelah Starlet yang berjaya dan banyak penggemarnya pada era tahun 1985- 1998.
Kali pertama dipamerkan di Frankfurt Motor Show 1997 dan masih jadi mobil konsep, nama yang diberikan adalah Funtime. Konsumen Jepang lebih mengenal sebagai Vitz dan nama Yaris sendiri awalnya untuk pasar Eropa. Mesinnya 1SZ-FE 1.000 cc, 2SZ-FE dan 2NZ-FE 1.300 cc, atau 1NZ-FE 1.500 cc bensin. Untuk konsumen di Eropa pada waktu itu juga ditawarkan mesin diesel 1ND-TV 1.400 cc.
Masih berbicara soal Yaris di Jepang, dimana terdapat pilihan tipe B, F, U, Clavia dan RS. Clavia sendiri merupakan tipe dengan bentuk bodi bergaya klasik.RS itu tampilan bodinya lebih mengarah ke sporti, dengan gril model jaring, body kit dan interior yang senada dengan konsep. Tampilan sporti ini juga ada di Eropa dengan nama Yaris T-Sport, Echo RS (Kanada) dan Echo Sportivo (Australia). Bagaimana perjalanan Yaris di Tanah Air? Tengok boks Varian. • Oct/otomotifnet.com
Editor | : | Parwata |
KOMENTAR