Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Suzuki Ignis GX AMT First Drive Review, Lebih Baik Sih, Tapi…

Fransiscus Rosano - Minggu, 7 Mei 2017 | 14:12 WIB
No caption
No credit
No caption

Jakarta - Diluncurkan dengan tampilan unik ala mini crossover, fitur sangat lengkap hingga harga terjangkau dari Rp 139,5 juta sampai Rp 169,5 juta saja, seakan Suzuki Ignis hadir tanpa kekurangan tanpa di Indonesia.

Benarkah? Tentunya, Otomotifnet tak sependapat ketika mengetahui jenis transmisi otomatis yang digunakan adalah AGS (Auto Gear Shift) atau juga dikenal dengan nama AMT (Automated Manual Transmission).

Tenang, kami akan lebih fokus untuk membahas impresi berkendara secara keseluruhan, karena sebelumnya perihal transmisi AGS saja sudah kami bahas di bawah ini.

(BACA JUGA: Ini Setiap Hal yang Perlu Diketahui Soal Transmisi AGS pada Suzuki Ignis)

Langsung saja, kami mencoba satu-satunya varian dengan transmisi tanpa kopling tersebut, yaitu Suzuki Ignis GX AGS yang memiliki banderol harga Rp 169,5 juta on the road Jabodetabek.

Mudah saja dikatakan, impresi awal kami sangat baik ketika ingin menaikinya.

No caption
No credit
No caption
Lampu LED dengan proyektor, DRL LED dan foglamp terlalu baik untuk kelas di bawah RP 170 jutaan ini

Entah mana yang membuat kami lebih senang, menghampiri tampang ‘lucu’ berkonsep Urban SUV yang memiliki gril besar dan menyambungkan kedua lampu LED kotak dengan DRL berbentuk U-nya atau masuk ke dalam tanpa memegang remote karena sudah menggunakan sistem keyless entry.

Yup, cukup kantungi remote, dekati mobil kemudian tekan tombol hitam kecil di handel pintu untuk secara otomatis membuka pintunya. Hal yang sama, ketika ingin menyalakan mesin karena cukup menekan tombol Start/Stop Engine di sebelah kanan dasbor sambil menginjak rem.

Tentu, mungkin anda bertanggapan “Ah, Yaris gue dari dulu sudah punya fitur itu.” Benar memang, passive keyless entry bukan hal baru. Tapi bila ada di mobil seharga di bawah Rp 170 juta. Nah, itu jelas baru dan sangat dihargai.

No caption
No credit
No caption
Posisi mengemudinya terasa sangat rendah untuk sebuah Suzuki

Tidak berhenti di sana. Setelah menyalakan mobil, kami juga takjub dengan kehadiran pelipat spion elektrik yang bahkan absen di beberapa mobil mahal seperti Mercedes-Benz GLC 250 versi CKD. Memang tak setiap hari, pemiliki hatchback mungil dari Jepang bisa mengolok pengemudi SUV Jerman karena mobilnya punya fitur yang lebih lengkap.

Masuk ke dalam, jok berbahan fabric terasa sangat empuk mirip Celerio. Sayangnya bila meraba-raba bahannya, memang terasa cukup tipis dan memberi kesan murah. Untungnya, hal tersebut mudah kami lupakan karena kehadiran pengaturan ketinggian di jok hingga headrest adjustable

Pada posisi terendah, posisi duduknya secara tak biasa terasa sangat rendah untuk sebuah Suzuki. Bandingkan dengan Karimun Wagon R, Celerio, Ertiga bahkan Ciaz, posisi di Ignis terasa jauh menyenangkan. Hanya jangan terlalu senang dulu, karena setir tidak bisa ditarik keluar (tanpa telescopic) dan lingkarnya tak berlapiskan kulit.

No caption
No credit
No caption
Meski diklaim sudah menggunakan generasi AMT selanjutnya, perpindahan gigi masih sangat jauh dibading rasa halus yang diberikan transmisi otomatis konvensional

Masukkan gigi ke D dari N (Ya, tidak ada P), mobil langsung bergerak maju tanpa pedal gas diinjak, meski memang tidak seinstan transmisi torque converter yang benar-benar langsung gelinding cepat ketika dipindahkan ke D.

Hal yang sama juga berlaku ketika dipindahkan ke R. Sayangnya, kami tidak bisa mencoba bagaimana jadinya transmisi AGS ini di kondisi tanjakan karena keterbatasan trek pengujian.

Lanjut, pedal gas kami injak kira-kira setengah dan akselerasi dari mesin K12M berkapasitas 1.197 cc yang dulu dipakai Splash ternyata tidak mengecewakan.

(BACA JUGA: Ini Beda Mesin Suzuki Ignis dengan Splash)

Responsif di tarikan bawah, sama seperti manualnya, so far transmisi AGS 5-percepatan bertingkah sama seperti transmisi otomatis pada umumnya.

Dan tentunya, hal itu berhenti ketika transmisinya masuk ke gigi 2 secara otomatis.

Seperti Karimun Wagon R AGS, yang mengandalkan sebuah aktuator yang diatur dengan motor elektrik untuk memindahkan kopling pada konstruksi transmisi yang sama persis dengan transmisi manual, sangat terasa jeda ‘kosong’ ketika kopling elektrik tersebut sedang beraksi.

Karena pedal gas yang kami injak setengah tadi akselerasinya termasuk cukup baik, jeda ‘kosong’ yang terasa cukup besar dan membuat badan yang tadinya menempel ke jok, sekilas seperti condong ke depan. Untuk anda yang pernah merasakan perpindahan gigi pada transmisi AMT (Peugeoy 206, 2-7, Smart ForTwo, Fiat 500), maka rasa ini jelas tidak asing.

No caption
No credit
No caption
Dengan transmisi manual, mesin K12M bertenaga 82 dk ini terasa menyenangkan dan playful. Responnya jadi berkurang ketika dipasangkan ke AGS

Padahal, feel ini diklaim sudah lebih baik karena AGS pada Ignis sudah menggunakan AMT generasi selanjutnya bila dibandingkan Karimun Wagon R.

Feeling jeda ini lebih terasa lagi ketika kami coba injak pedal gas penuh. Meski ketika kami coba berakselerasi dengan sangat gentle, jeda yang diberikan ternyata tidak terlalu terasa. Well, mungkin bila anda tidak berencana mengemudikan Ignis secara agresif, alias selalu dengan santai di kemacetan Jakarta, transmisi AGS akan cocok untuk anda.

Bagi pengelana perjalanan jauh dan ingin merasakan karakter mesin K12M bertenaga 82 dk dan torsi 113 Nm yang aslinya cenderung fun, pilih manual!

No caption
No credit
No caption
Pengaturan serba mudah. Head unit belum touch screen? Yang penting terintegrasi dan memiliki dua kenop untuk mempermudah pengaturan sembari jalan

Di luar itu, bantingan Ignis terasa so-so saat melewati speed trap besar. Ketika diisi tiga penumpang, justru terasa pas alias tidak terlalu empuk dan tidak terlalu keras. Sedangkan ketika sendiri, akan cukup terasa bagian belakang dengan suspensi torsion beam-nya terpental saat melewati polisi tidur.

Meski tentu saja, keputusan untuk membuat suspensi agak keras bukan tanpa sia-sia karena ground clearance Ignis cukup tinggi di 180 mm. Dibandingkan LCGC dengan angka ground clearance serupa, bantingan Ignis jelas terasa lebih refined.

Namun yang kami suka, adalah jarak lantai yang rendah sehingga membuat centre of gravity pun cenderung lebih rendah. Tak salah, klaim platform HEARTECT yang bisa anda baca di bawah ini.

(BACA JUGA: Pakai Platform HEARTECT, Suzuki Ignis Lebih Ringan)

Setir terasa terlalu ringan, namun berkat jarak kaki yang rendah ke tanah membuat body roll tidak terlalu parah

Sayangnya, cukup terasa getaran di kaki yang menempel dengan lantai depan ketika melewati jalan agak kasar, yang tak kami rasakan di kompetitor seperti Brio maupun Grand i10X. Namun jangan salah, peredaman dari karet yang mengisolasi Ignis dari suara luar ternyata cukup baik. 

Untuk yang bertanya bagaimana handling-nya, sementara yang bisa kami katakan adalah putaran setir electronic power steering-nya terasa terlalu, terlalu ringan dan sangat hampa. Meski tentu angka radius putar sangat kecil di 4,7 meter sangat diapresiasi.

Soal konsumsi dan performa sesungguhnya, kami belum bisa menyimpulkan apa-apa karena pengujian first drive ini hanya dilakukan di trek yang sangat singkat dan terbatas.

Untuk lebih lengkapnya, tunggu sesi test drive nanti ya!

Editor : Fransiscus Rosano
Sumber : OTOMOTIF

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa