JAKARTA - Saya bangun motor ini di garasi rumah dengan peralatan seadanya ‘Long Live The King’, begitu Teguh Setiawan memberi sebutan untuk cafe racer berbasis Yamaha RX-King ini.
Long live seperti doa agar motor yang sudah tidak diproduksi oleh Yamaha Indonesia sejak 2008 tetap sehat dipakai riding.
Bukan cuma long live, tapi butuh long time juga untuk merampungkan ubahan ala motor balap lawas di motor keluaran 2004 ini.
“Hampir keseluruhan proses saya lakukan sendiri, hanya bermodal niat hehe,” buka Teguh, sapaan karibnya.
“Saya bangun motor ini di garasi rumah dengan peralatan seadanya. Hal ini yang membuat proses cukup lama karena faktor finansial, peralatan dan skill,” akunya polos.
Proses dimulai dengan mencari berbagai referensi di internet. Setelah dapat yang cocok mulai corat-coret desain dan membuat pola dari karton untuk komponen bodinya. Setelah mantap, baru motor dibongkar.
Agar tak repot, tangki aftermarket milik Suzuki A100 dipasang. Bentuknya yang ramping dan panjang cocok untuk gaya cafe racer.
Lanjut, “Rangka saya potong di bagian belakang. Dibantu teman yang bisa menggunakan mesin las, sub frame baru dibuat dari pipa seamless ¾ inch,” jelas Teguh.
Sedang untuk membuat fairing dan buntut tawon, plat galvanis 0,8 mm diandalkan.
“Desainnya sesuai dengan pola yang sudah dibuat sebelumnya,” akunya.
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR