Otomotifnet.com - Pemandangan tak lazim ini menjadi perhatian satu peleton anggota Polres Bangkalan, satu regu bersenjata laras panjang Kodim 0829, dan Dinas Perhubungan setempat.
Mereka tengah menggelar razia gabungan di pintu keluar Jembatan Suramadu sisi Madura.
Rentetan aksi teror bom bunuh diri yang terjadi di tiga gerja dan Mapolrestabes Surabaya, termasuk penyerangan di Mapolda Riau masih segar diingatan polisi.
"Waduh, ini kok ada perempuan jalan kaki mengarah ke sini. Pakai cadar lagi," celetuk seorang anggota polisi berpakaian preman yang tergabung dalam razia.
(BACA JUGA: Sulit Cari Mesin Mazda MX6 1990, Sekalinya Dapat, Ini Yang Dilakukan Sang Pemilik)
Usut punya usut, perempuan paruh baya itu ternyata ditelantarkan ojek online.
Ia diturunkan karena pengemudi ojek tidak melengkapi surat kendaraan bermotornya.
"Ojeknya bilang tidak membawa kelengkapan sepeda motor untuk menerobos razia," ungkap perempuan yang hendak menuju kawasan Kota Bangkalan itu.
Banyak pengendara roda dua menghentikan laju motornya, sekitar 500 meter sebelum titik razia.
Bahkan beberapa di antaranya, nekat putar balik ke Surabaya dengan cara menorobos jalur.
(BACA JUGA: Bikin Ngakak…Trik Kids Zaman Now Dirazia Polisi, Pura-pura Kesurupan)
Aksi nekat sejumlah pengendara roda dua itu dilakukan setelah KBO Lantas Ipda Mansur dan Kanit Opsnal Serse Polres Bangkalan Aiptu Mudakim dengan berjalan kaki, menghampiri mereka.
Upaya persuasif terhadap para pengendara juga dilakukan anggota Patroli Jalan Raya (PJR) Tol Jembatan Suramadu.
"Ada beberapa pengendara yang putar balik. Tapi lebih banyak yang melanjutkan perjalanan setelah kami beri pemahaman," tutur Ipda Mansur.
Gelar razia di siang bolong itu memang fokus pada pengendara sepeda motor.
Dengan sasaran bahan peledak (handak), senjata api (senpi), senjata tajam (sajam), dan narkoba.
Semua barang bawaan, bawah jok motor, dan tubuh pengendara tak luput dari pemeriksaan pihak aparat. Namun belum menemukan sasaran operasi.
(BACA JUGA: Jadi Nilai Plus, Ada Sesuatu Di Balik Yamaha XMAX Ngejreng Ini)
Kepala Sub Bagian Pengendalian Operasional Polres Bangkalan AKP Wahyudi mengungkapkan, gelar razia tersebut merupakan kegiatan rutin yang ditingkatkan.
"Kami menggandeng TNI untuk mempertebal kekuatan. Mengingat dalam beberapa hari terakhir suasana ramai," ungkap Wahyudi.
Ia menambahkan, razia rutin dilakukan sebagai upaya menciptakan situasi aman bagi masyarakat muslim yang tengah menjalankan puasa.
"Sekaligus menjaga kenyamanan masyarakat. Kami akan terus menggelar razia," pungkasnya.
Kendati tidak mendapatkan handak, senpi, sajam, dan narkoba, polisi telah menindak sebanyak 25 pengendara sepeda motor karena tidak memiliki Surat Izin Mengemudi.
(BACA JUGA: Jadi Bulan-Bulanan, Salah Satu Anggota Geng Motor Jatuh, Setelah Main Tebas Senjata Tajam)
Seperti diketahui, serangkaian aksi teror bom bunuh diri terjadi tiga gereja di Surabaya; Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel Madya, Gereja Pantekosta Jalan Arjuna, dan GKI Jalan Diponegoro, Minggu (13/5/2018).
Disusul bom bunuh diri di pintu masuk Polrestabes Surabaya, Senin (14/5/2018) pagi.
Aksi penyerangan berlanjut di Mapolda Riau, Rabu (16/5/2018).
Sejumlah terduga teroris dibekuk bahkan tewas dalam baku tembak saat penggerebekan dilakukan Densus 88 Anti Teror di sejumlah wilayah di Indonesia.
Kapolres Bangkalan AKBP Boby Paludin Tambunan memerintahkan dilakukan pemeriksaan terhadap semua pengunjung di pintu masuk mapolres dan seluruh mapolsek.
(BACA JUGA: Ojek Online Mulai Disalahgunakan, Kamuflase Kurir Sabu, Petugas Tak Bisa Dikelabui)
"Kami terus berdoa agar keluaraga besar Polri selalu mendapat perlindungan dari Alah dalam menjalankan tugasnya," ungkap Boby dalam pidatonya saat Pengajian Bulan Suci Ramadhan di masjid mapolres, Sabtu (19/5/2018).
Pengajian yang dilakukan beberapa jam sebelum gelar razia gabungan itu, juga sebagai ungkapan duka mendalam bagi para korban bom bunuh diri dan anggota Polri yang gugur dalam bertugas.
"Semoga mereka mati sahid dan amal ibadanya diterima di sisi Nya. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan," pungkasnya.
Sementara itu, penceramah asal Surabaya KH Syukron menyatakan, aksi teror bom bunuh diri di Surabaya terjadi karena para pelaku tidak memahami ajaran Islam secara utuh.
"Itu terjadi karena dangkalnya pengetahuan agama. Semua agama tidak ada yang mengajarkan tentang kekerasan," katanya.
Editor | : | Indra Aditya |
Sumber | : | Surya.co.id |
KOMENTAR