Otomotifnet.com - Sistem pengereman di motor MotoGP bekerja ekstra ketika turun balap.
Rem cakram harus mampu menahan laju motor dari kecepatan tinggi sekalipun, dan tak jarang kerap menyala merah di lintasan.
Sebab, suhu cakram motor MotoGP bisa lebih panas dari knalpotnya.
Di beberapa titik, sistem rem harus bergesekan keras untuk mengurangi kecepatan motor dari 300 km/jam lebih ke 100 km/jam dalam waktu kurang dari 5 detik.
(Baca Juga: Cakram MotoGP Ada Dua, Basah Dan Kering, Yang Basah Kayak Bodi Pesawat)
Hal ini akan membuat suhu cakram dan juga kampas rem di motor MotoGP melonjak drastis.
Perlu diketahui, dalam kondisi kering motor MotoGP menggunakan cakram berbahan karbon agar kinerjanya optimal.
Dari data yang diberikan Brembo, salah satu produsen yang mensupport banyak tim MotoGP, cakram jenis karbon baru bisa bekerja optimal ketika suhunya menyentuh 200 derajat celcius.
Makanya, cakram berbahan karbon tidak digunakan saat balap dalam kondisi hujan karena sulit mencapai suhu optimal untuk kinerjanya.
Sepanjang digunakan balap, suhu cakram ini bisa menyentuh 800 derajat celcius dibeberapa kondisi tertentu.
Suhu seperti itu bisa setara atau bahkan lebih panas dari knalpot motor MotoGP yang bersuhu 700 derajat celcius ketika digunakan balap.
Para mekanik dari tim MotoGP memantau banyak indikator suhu selama motor digunakan balap.
Dalam data yang ditulis boxrepsol.com, setiap motor MotoGP setidaknya punya 10 titik yang dipantau terus suhunya menggunakan banyak sensor.
(Baca Juga: Rugi Bandar, Kampas Rem dan Cakram Motor MotoGP Enggak Cocok Di Motor Harian )
Tentunya pemantauan suhu itu untuk menjaga kinerja mesin dan komponen lainnya tetap optimal selama digunakan.
Makanya, kalau dilihat para mekanik MotoGP juga selalu menggunakan sarung tangan khusus agar tidak terluka saat memegang komponen yang panas ekstrem.
Editor | : | Panji Nugraha |
Sumber | : | GridOto.com |
KOMENTAR