Otomotifnet.com - Perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) membawa kekhawatiran untuk industri otomotif Tanah Air.
Di sektor industri kendaraan roda dua, ada potensi penurunan penjualan baik dalam negeri maupun ekspor sepeda motor jika situasinya tak kunjung membaik.
Ketua Bidang Komersil Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Sigit Kumala mengatakan, potensi penurunan tersebut imbas dari jebloknya industri otomotif secara global.
Tentu hal ini juga akan memberikan dampak terhadap pasar industri otomotif di Indonesia baik secara langsung maupun tak langsung.
(Baca Juga: Pabrikan TVS Ekspor Ribuan Unit ke Afrika, Motor Bebek Paling Laris, Bandel Katanya)
"Dampaknya terhadap Indonesia, ada yang secara langsung dan tidak langsung," ujar Sigit (17/10).
"Secara langsung, ditakutkan pertumbuhan ekspor kita yang mulai bertumbuh ini terganggu. Sebab, negara tujuan bisa saja mengurangi daya belinya," tambahnya.
Sementara dampak tak langsung berpengaruh pada komoditi ekspor dan daya beli masyarakat.
Dengan makin rapatnya perang dagang ini, tentu akan berpengaruh pada komoditi ekspornya seperti karet dan Crude Palm Oil (CPO).
(Baca Juga: Honda ADV150 Inden Mengular, Pesanan Tembus 26.242 Unit, Ada Wacana Produksi Nambah?)
Imbasnya, jatah impor negara penerimannya tentu juga akan berkurang.
Maka dari itu ditakutkan daya beli wilayah tersebut juga akan turun sebagai dampak dari perang dagang ini.
Padahal pasar ekspor kendaraan roda dua tanah air sedang menunjukkan grafik meningkat beberapa waktu ini.
Berdasarkan data AISI, selama dua tahun berturut-turut pertumbuhan ekspor roda dua Indonesia mencatatkan tren positif, yaitu di kisaran 37 persen.
Sementara kontribusi ekspor terhadap penjualan motor, sekitar 9,8 persen (2018).
"Maka diharapkan situasi ini tidak terlalu bergejolak. Dalam artian, keadaan ekonomi tetap terjaga sehingga Indonesia tidak terlalu terkena dampak besar," ujarnya.
Editor | : | Panji Nugraha |
Sumber | : | Kompas.com,GridOto.com |
KOMENTAR