Otomotifnet.com - Mesin kapasitas 1.500 cc dengan induksi turbo, belakangan makin banyak digunakan pada kendaraan baru.
Sebut saja Honda Civic Turbo, Chevrolet Trax, Wuling Almaz dan Cortez CT, BMW X1, MINI Cooper, Jeep Compass, Kia Seltos dan lainnya.
Karena mesin ini menghasilkan tenaga besar, namun tetap efisien dan ramah lingkungan.
Namun pemakaian doping turbo ini, kerap memunculkan pertanyaan dari penggunanya, khususnya yang baru pertama kali memakai mobil bermesin turbo.
Baca Juga: Mesin Turbo Mulai Boros Oli dan Asap Knalpot Biru, Biang Kerok Ada Tiga
Seperti, mengapa mesin turbo seperti Wuling atau Civic tidak bisa pakai bensin Pertalite, harus Pertamax atau di atas RON 92?
Karena menurut mereka, rasio kompresinya jauh lebih rendah dibanding mesin tanpa turbo.
Eits.. nanti dulu sob! Memang mesin turbo punya kompresi lebih rendah ketimbang mesin Naturaly Aspirated (N/A) atau tanpa turbo.
Misal Honda Civic Turbo memiliki kompresi 9,8:1, sedangkan mesin 2.0 liter tanpa turbonya 13,5:1.
Oke, penjelasannya begini! Pada dasarnya, mesin turbo memang dirancang memiliki kompresi lebih rendah dibandingkan tanpa turbo.
“Itu karena mesin turbo akan mengalami peningkatan kompresi saat mendapat semburan udara dari turbo,” beber Ovi Sarjan yang merupakan tuner engine handal di KS Nusa Motorsport.
Pressure udara dari perangkat turbo ke ruang bakar, lanjut Ovi, otomatis meningkat cukup jauh.
“Misalkan sebelumnya rasio kompresinya 8,5:1, saat dapat boost (udara yang didorong ke ruang bakar) dari turbo sekitar 1 bar, kompresinya bisa melonjak jadi sekitar 12:1,” jelasnya lagi.
Baca Juga: KIA Seltos EXP 1.4 A/T Turbo, 0-100 km/jam Cuma Butuh 10,5 Detik, Bahan Bakar Irit?
Sementara pada mesin tanpa turbo atau N/A, “Kompresi yang dihasilkan hanya dari rasio kompresi piston,” tukas Danang Wiratmoko, Product Planning Wuling Motors Indonesia.
Kompresinya kata Danang, akan stabil seterusnya di angka tersebut.
Sedangkan mesin dengan asupan turbo, dapat boost pressure yang disemburkan turbo.
“Efeknya akan membuat total tekanan atau kompresi di ruang bakar lebih tinggi dari mesin N/A,” tambah Danang.
Di sini bisa digambarkan, walau kompresi yang tertera di spesifikasi lebih rendah.
Mesin dengan asupan turbo akan memiliki total kompresi lebih tinggi dari mesin N/A.
Makanya sangat tidak disarankan mesin turbo pakai bahan bakar dengan RON rendah.
“Karena otomatis mesin akan mengalami detonasi (ngelitik) saat akselerasi, atau ketika mendapat boost turbo,”
“Soalnya kompresi pasti meningkat dari kondisi normal,” ucap Edi Haryadi, GM After & Sales Honda Megatama Group.
Baca Juga: Bersihkan Panel Plastik di Interior, Stop Pakai Sabun Sembarangan!
RON atau kepanjangan dari Research Octane Number, merupakan angka untuk mengukur seberapa besar bahan bakar menerima tekanan.
Semakin tinggi angka oktannya, maka akan semakin sulit bahan bakar itu terbakar.
“Namun dengan kompresi tinggi, bahan bakar oktan tinggi ini akan mudah terbakar,” jelas Ovi.
Itulah kenapa terjadi detonasi atau knocking (ngelitik) pada mesin, lanjut Ovi.
Tekanan tinggi yang terjadi di ruang bakar, akan menghasilkan panas, ini pastinya akan membuat bahan bakar mudah terbakar.
“Itu kenapa mesin turbo tidak boleh menggunakan bahan bakar dengan RON rendah. Efek dari detonasi tersebut akan merusak material mesin,” ucap Ovi.
Nah, buat yang sudah pada pakai mesin turbo, sudah tidak bisa lagi nih beli bahan bakar dengan RON 90.
“Untuk mesin turbo pada Wuling, bahan bakar yang direkomendasi paling minimum adalah RON 92,”
“Di bawah itu pembakaran pasti tidak akan sempurna,” tutup Danang.
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR