Otomotifnet.com - Dengan harga yang lebih mahal dibanding All New Yamaha V-Ixion (ANV), All New V-Ixion R (ANV R) tak hanya dibekali berbagai fitur baru seperti lengan ayun aluminium dan pelek belakang lebar 4.00x17, tapi tentu saja mesin yang lebih powerful.
“Mesin yang dipakai V-Ixion R ini sama persis dengan All New R15, 155 cc dengan VVA dan assist & slipper clucth,” terang Ridwan Arifin, Service Education PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing.
Seperti apa sih detail mesinnya? Yuk kita bedah saja.
Piston dan Blok
Khas Yamaha bloknya pakai lapisan DiASil yang diklaim lebih kuat dan tahan gesekan.
Baca Juga: Honda CB150R Pasang USD GSX-R600 & Pro Arm VFR400, Lebih Keren dari ExMotion
Untuk piston tentu saja pakai jenis forged, diameternya 58 mm.
Dengan langkah piston 58,7 mm, kapasitasnya jadi 155,1 cc.
Klep
Kepala silinder ANV R berkonstruksi SOHC 4 klep.
Dengan ukuran piston lebih besar, maka payung klep pun diperbesar, diameter in 20,5 mm dan ex 17,4 mm.
Ini lebih besar dibanding V-Ixion lama (NVL dan NVA) yang hanya 19,5 mm dan 17 mm.
Kem
Noken as atau kemnya tentu beda dengan NVA, karena ANV R dibekali dengan teknologi variable valve actuation (VVA).
Makanya kem punya 3 bumbungan, 2 in dan 1 out.
“Pada putaran bawah sampai 7.400 rpm klep in pakai yang profilnya rendah, sedang di atas 7.400 rpm pakai yang tinggi,” terang Ridwan.
Beda durasi antara yang rendah dan tinggi sayangnya belum ada datanya, secara kasat mata sih yang untuk putaran tinggi jauh lebih gendut.
Dan saat diukur pakai sigmat memang ada perbedaan.
Tinggi lobe yang rendah hanya 32,4 mm, sedang yang tinggi 32,45 mm, bedanya sedikit ya?
Lalu pinggang yang rendah hanya 28 mm sedang yang tinggi 28,35 mm.
Sementara untuk yang ex lobe punya tinggi 29,65 mm dan pinggang 25,25 mm.
Pelatuk
Dengan adanya teknologi VVA, maka pelatuknya didesain khusus, terutama yang untuk klep masuk, karena kemnya punya 2 profil.
Tapi ternyata konstruksinya beda dengan pelatuk NMAX atau Aerox 155 VVA.
Pada ANV R ini kedua permukaan pelatuk beda konstruksi, untuk yang kem rendah pakai roller, sementara yang tinggi pakai tapet biasa.
“Tanpa bearing biar ringan,” terang Ridwan.
Meski begitu, menurut Ridwan gesekan tetap rendah karena permukaan pelatuknya dilapis dengan diamond like carbon (DLC), makanya warnanya lebih gelap.
Untuk mengaktifkan VVA, pada pelatuk in ada as yang didorong oleh solenoid yang diatur oleh ECU.
Solenoid ini menonjok di 7.400 rpm untuk memindahkan profil kem klep masuk.
Kopling
Salah satu fitur baru ada di kopling, ada assist & slipper clucth.
Fungsinya membuat handel kopling lebih ringan saat diremas, dan mencegah skid atau slip sesaat ketika engine brake setelah turun gigi.
Perbedaan dengan kopling biasa ada di konstruksi clucth boss dan pressure plate, yang mana di bagian yang keduanya bertemu dibikin membentuk sudut miring, sehingga saat kopling ditarik kerjanya malah membuat lebih ringan, sementara saat engine brake karena dapat tendangan balik dari rasio maka malah merenggang, sehingga gesekan antara kampas dan plat kopling berkurang.
Hasilnya saat engine brake roda belakang lebih ngeloyor.
Kontruksi khas kopling ada assist & slipper pernya hanya ada 3 biji.
Kampasnya pun hanya ada 3 dan plat kopling cuma 2.
Throttle body dan Injektor
Menggunakan throttle body dengan diameter 30 mm, seperti All New R15.
Injektornya pakai yang punya 10 lubang.
Sistem injeksinya tentu saja pakai sensor lengkap, seperti sensor tekanan udara, suhu udara dan termasuk ada O2 sensor.
Transmisi
Pakai transmisi 6 speed, yang menurut Ridwan rasionya sama persis dengan All New R15 maupun R15 lama.
Sensor kecepatan nempel di crank case membaca putaran rasio.
Editor | : | Antonius Yuliyanto |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR