Otomotifnet.com - BMW R 18 merupakan besutan bergaya cruiser klasik terbaru yang dipasarkan oleh BMW Motorrad Indonesia sejak akhir November lalu (24/11/2020).
R 18 dipasarkan dengan harga yang cukup fantastis, Rp Rp 969 juta off the road atau hampir Rp 1 miliar.
Kendati bergaya cruiser, namun R 18 agak beda dengan cruiser kebanyakan misal Harley-Davidson, terutama dari posisi duduknya.
Apa sih bedanya? Sebelum itu, mari kita kulik dahulu dari detail desain motor yang berasal dari Munich, Jerman ini.
Baca Juga: Ducati Luncurkan Monster Baru, Lebih Ringan tapi Ciri Khasnya Hilang
Bicara soal desain, ini merupakan salah satu poin penting dari BMW R 18, bila tidak mau dibilang, The Selling Point.
Motor cruiser ini hadir dengan tampilan klasik yang sarat akan warisan dari sejarah panjang BMW Motorrad.
Desain R 18 terinspirasi dari BMW R 5 yang pernah dijual BMW tahun 1936-1937. Sebuah motor yang tergolong revolusioner pada zamannya, salah satunya berkat penggunaan suspensi depan teleskopik.
BMW Motorrad kemudian membuat R 5 Hommage yang diperkenalkan ke publik dalam gelaran Concorso d’Eleganza Villa d’Este di Italia tahun 2016 silam.
Motor konsep tersebut yang kemudian menjadi awal dari kelahiran R 18.
Tahun 2019 pada event yang sama, BMW kembali memperkenalkan Concept R 18, dengan mesin boxer 1.800 cc sebagai cikal bakal versi produksi massal.
Melihat secara langsung R 18, memang betul terasa nuansa dan rasa klasik.
Headlamp LED bulat besar mendominasi, suspensi depan teleskopik dibungkus dengan cover, tangki model teardrop berkapasitas 16 liter, sampai sepatbor besar di belakang.
Baca Juga: NMAX dan PCX Harus Bersiap, Ada Kymco KRV, Keren dan Fitur Melimpah
BMW pun memberikan sentuhan soft tail, atau menyembunyikan suspensi belakang tunggal di bawah jok, sehingga menimbulkan kesan seolah-seolah R 18 menggunakan rangka hardtail.
Selanjutnya mesin 1.800 cc boxer dibuat menyerupai mesin motor jadul.
Kisi-kisi udara di blok sampai ke finishing crankcase, semuanya tampak seperti diambil dari tahun 1930-an.
BMW juga secara cermat membuat knalpot dengan model fishtail, tanpa meninggalkan standar emisi Euro 5.
Meski dimensinya jadi terlihat gambot berkat penempatan catalytic converter di bagian dalam.
Attention to detail menjadi poin penting pada motor ini. Seperti logo pada crankcase dan sirip penangkap angin di header.
BMW pun tak malu untuk menampilkan sistem penggerak gardan tanpa cover. Benar-benar sebuah karya seni!
Unit pertama yang masuk membawa embel-embel First Edition pada namanya. Lantas apa bedanya dengan varian standar?
Dari segi desain tetap sama, tetapi BMW memberikan sentuhan double striping atau garis putih klasik pada rangka serta sepatbor belakang.
Baca Juga: Honda PCX 2021 Lawan Yamaha NMAX, Mesin Lebih Bertenaga Mana?
Kemudian balutan chrome di beberapa bagian. Berikut sederet stiket dan logo ‘First Edition’.
Pemilik R 18 First Edition juga akan mendapatkan satu boks berisi cendera mata spesial dari pabrikan asal Munich, Jerman tersebut.
Seperti surat-surat resmi, buku sejarah BMW Motorrad, sabuk dengan buckle R 18 ekslusif sampai emblem BMW model klasik untuk mengganti logo standar di motor.
Dengan tampang klasik plus mesin twin berkapasitas besar, membuat R18 langsung head-on dengan Harley-Davidson sebagai rival utamanya.
Dengan bobot basah mencapai 345 kg serta dimensi ekstra besar, mendirikan motor dalam keadaan diam terasa berat.
Namun, berkat mesin boxer yang memiliki center of gravity rendah dan tinggi jok hanya 690 mm, tidak sampai menyulitkan pengendara.
Apalagi kalau sudah jalan, dengan konfigurasi seperti ini pasti akan terasa stabil.
Meski hanya sebentar, duduk di jok R 18 rasanya nyaman. Maklum, sebagai sebuah cruiser salah satu kriteria yang harus ada yakni jok yang nyaman.
Bentuknya lebar dengan posisi rendah sehingga dapat mensupport tubuh dengan baik.
Kemudian setang nan lebar yang condong ke belakang pun mudah untuk diraih.
Yang unik, meski R 18 adalah sebuah cruiser, mesin boxer yang besar menghalangi peletakan footstep di bagian depan.
Pijakan kaki jadi berada persis di belakang blok silinder. Hal tersebut membuat kaki jadi tidak bisa selonjoran ke depan.
Segi positifnya membuat riding position jadi lebih sigap. Overall, impresi awal cukup nyaman dan solid.
Jadi penasaran bagaimana sensasi menjajalnya di jalan!
Editor | : | Antonius Yuliyanto |
KOMENTAR