Otomotifnet.com - Mitsubishi Outlander PHEV (Plug-In Hybrid Electric Vehicle) menjadi salah satu primadona pabrikan berlogo tiga berlian.
Mobil hybrid seharga Rp 1,3 M yang diluncurkan di Indonesia Juli 2019 lalu, menggunakan kombinasi mesin bensin dengan baterai seperti layaknya mobil listrik.
Selain ramah lingkungan dan hemat bahan bakar, yang menarik dari Outlander PHEV adalah memiliki fitur discharging.
Fitur discharging diklaim mampu mengeluarkan listrik hingga 1.500 watt dan dapat digunakan untuk menyalakan peralatan rumah tangga hingga 10 hari berturut-turut.
Baca Juga: Wow, Mitsubishi Evolution Hingga Mazda RX-7 Baris Rapi di Garasi Ini
Fitur inilah yang dimanfaatkan SUV 4WD ini menjadi garda depan Palang Merah Indonesia (PMI) dalam kegiatan tanggap darurat dan unit pendukung aktivitas pencegahan penyebaran Covid-19 di Indonesia.
Keunggulan Outlander PHEV sebagai mobil hybrid, tentu saja memerlukan perawatan yang berbeda, apalagi ada unsur baterai yang menjadi salah satu sumber vital.
Walaupun berbeda, ternyata tak sulit memahami perawatan mobil hybrid seperti ini.
Boediarto, Head of After Sales Service Group PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI), menyebut, “Konsumen tidak perlu khawatir mengenai baterai Mitsubishi Outlander PHEV karena perawatannya cukup mudah.”
Menurut Boediarto, untuk perawatan baterai Outlander PHEV atau mobil listrik harus dihindari persentase baterai dalam kondisi rendah.
Meski begitu tidak direkomendasikan juga baterai dalam kondisi penuh saat mobil tidak digunakan dalam waktu lama.
“Sebaiknya dijaga agar persentase baterai di kondisi 40% sampai 60%, apalagi ketika mobil tidak digunakan dalam waktu lama,” ujar Boediarto.
Baca Juga: Mitsubishi Eclipse Cross Harga Tak Sampai Rp 500 Juta, Tapi Fitur Seabreg
Outlander PHEV sendiri memiliki fitur yang bisa menurunkan level baterai secara bertahap.
Fitur ini berfungsi untuk mencegah kerusakan baterai. Untuk itu bagi pemilik Outlander PHEV diharapkan memeriksa pengukur tingkat energi setiap tiga bulan.
Pemilik mobil pun harus tetap mengisi daya baterai atau bisa mengatur mode power supply. Untuk pengisian baterai, sebaiknya menggunakan arus rendah (home charging) saat mobil hanya parkir lama.
Sementara penggunaan quick charging atau arus tinggi bisa diminimalisir. Apabila hanya bisa menggunakan quick charging, disarankan untuk menggunakan normal-charge setidaknya dua minggu sekali.
"Jika kondisi baterai menunjukkan baterai kosong atau “0”, harus diisi dayanya sampai naik. Atau, mengisi daya dari tenaga mesin dengan mengatur mode power supply ke status 'READY' kemudian tunggu hingga mesin berhenti secara otomatis, selanjutnya matikan mode power supply dari sakelar motor listrik," jelas Boediarto.
Keuntungan lain dari mobil PHEV ini adalah ketika posisi baterai kosong, maka secara otomatis sistem manajemen baterai akan menyalakan mesin yang bekerja untuk mengisi baterai. Dengan begitu dapat mencegah kerusakan pada baterai.
Pengaktifan mesin sebelum baterai kosong ini hanya bisa dilakukan selama kendaraan dalam kondisi hidup dan masih menyimpan bahan bakar di dalam tangki.
Baca Juga: Mitsubishi Triton dan Outlander PHEV Ini Khusus Bantu Korban Bencana Alam
Boediarto juga menyarankan untuk memperhatikan lokasi parkir terutama jika dalam jangka waktu lama.
"Sebaiknya hindari parkir kendaraan PHEV di lokasi dengan temperatur tinggi dan terkena sinar matahari langsung. Pasalnya, lokasi yang panas akan mempengaruhi kapasitas baterai serta masa pakainya."
Bagi pemilik Outlander PHEV bisa melakukan pengisian daya dengan home charger yang sudah menjadi bagian dari paket penjualan.
Pilihan lainnya, bisa mengisi baterai menggunakan mesin dengan memilih Charge Mode yang terdapat di konsol tengah.
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR