Otomotifnet.com – Meski masih dalam masa pandemi Covid-19, belakangan kondisi lalu lintas, terutama di kota-kota besar, mulai terlihat normal seperti sebelum pandemi.
Bisa dikatakan sekarang banyak pengguna kendaraan yang terpaksa macet-macetan dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Nah, dengan kondisi jalanan yang seperti itu, lantas muncul pertanyaan apakah masih aman melakukan penggantian oli mesin setiap 10.000 kilometer sesuai anjuran pabrik?
“Soalnya saya pernah baca kalau sebaiknya penggantian oli yang aman itu berdasarkan engine hour, apa betul?” tanya Syahrudin pada OTOMOTIF via rubrik konsultasi.
Baca Juga: Ganti Oli Mesin Mobil Sendiri Biar Gak Telat, Ini Langkah-Langkahnya!
Perlu diketahui, memang menurut anjuran pabrik, penggantian oli mesin disarankan dilakukan setiap 10.000 km atau 6 bulan sekali, mana yang tercapai lebih dulu.
Tapi tentunya parameter tersebut dengan kondisi berkendara normal, alias tanpa mobil sering terkena macet-macetan.
Nah, bila mobil setiap harinya sering terjebak di kemacetan, menurut Suwandi, Service Advisor bengkel resmi Suzuki Sejahtera Buana Trada di Pulogadung, Jakarta Timur, paling aman penggantian oli berdasarkan waktu beroperasinya mesin alias engine hour.
Sebab, oli punya batas kemampuan dalam menahan suhu panas hasil pembakaran pada mesin.
Makin lama oli bekerja melumasi komponen bergerak di dalam mesin, maka berangsur-angsur kemampuan tersebut akan menurun.
Bila sampai menurun, tentu akan mempengaruhi performa mesin, bahkan bisa menimbulkan masalah, diantaranya munculnya oil sludge.
“Menurut informasi yang pernah saya baca, bagusnya penggantian oli mesin kalau berdasarkan engine hour itu sekitar 200 jam,” tuturnya.
Nah, mengacu dari situ, ia coba melakukan eksperimen berdasarkan lama beroperasinya mesin.
Baca Juga: Mobil Rutin Ganti Oli Mesin, Tapi Filternya Jarang, Ini Dampaknya
“Saya pernah pasang hour meter di mesin Suzuki Wagon R. Hasilnya, dengan rute mix jalanan biasa plus tol dari Pulogadung – Serpong, 200 jam mesin beroperasi ditempuh sampai 7.500 km,” tutur Wandi, sapaan akrabnya.
Itu dengan kondisi lalu lintas di jam kerja yang kadang lancar dan kadang macet.
Masih ujarnya, dari situ ia pun memutuskan selalu melakukan penggantian oli pada range jarak tempuh 6.000-7.000 km.
“Waktu tes sampai 10.000 km bisa mencapai 250-an jam. Oli mesin memang masih cukup secara kuantitas, tapi secara kualitas sudah menurun walaupun gak banyak. Performa terasa menurun di 7.500 km ke atas,” akunya.
Namun menurut beberapa pakar otomotif, semua itu balik lagi soal kualitas oli yang yang digunakan.
“Tingkat viskositas oli dan grade-nya juga mempengaruhi kemampuan sebuah oli dalam menahan suhu panas dari hasil pembakaran mesin,” ujar Hanifuddin, peneliti di Lembaga Penelitian Minyak Bumi dan Gas (Lemigas) saat diwawancara Otomotifnet.com beberapa waktu lalu.
Dengan kata lain, jika kualitas oli yang digunakan bagus, penggantian di 10.000 kilometer pun enggak masalah, asalkan diganti tepat waktu.
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
KOMENTAR