Otomotifnet.com – Yuma Wiranatakusumah dikenal sebagai offroader senior dan kawakan di Indonesia.
Dirinya dikenal pula sebagai offroader yang sederhana, ramah dan tidak pelit ilmu. Terutama membagi pengalaman dan ilmu offroadnya ke semua orang, termasuk ke offroader muda.
Bergelut di dunia offroad sudah lebih dari 40 tahun lebih. Pertama kali pada pertengahan tahun '70-an ketika bekerja di Pupuk Kujang.
Sementara mengikuti event otomotif mulai tahun 1974. Saat itu Yuma menjadi navigator ayahnya (R. Achmad Wiranatakusumah) yang mengendarai mobil India, Mahindra.
"Lawannya saat itu Ali Sadikin (Gubemur DKI Jakarta), Solihin GP (Gubemur Jawa Barat) dan Herman Sarens Soediro," kenang Yuma.
Kalau event offroadnya sendiri, "Pertama kali bareng Tantyo A.P Sudharmono (kala itu anak Wakil Presiden Sudharmono), naik Toyota FJ40 di HCCI (Hill Climbing Club Indonesian) tahun 1991 ," cerita off-roader yang tampangnya mirip vokalis grup band Rolling Stones, Mick Jagger ini.
Sayang ia lupa kapan berlangsung masa kejayaannya. Yuma mengingat ketika dikontrak rokok Djarum pada 1993-1997 dengan menunggangi Jeep CJ7 V8 dan Chev-Ota (gabungan Chevrolet dan Toyota).
Berbagai kejuaraan nasional pernah diraihnya. Bahkan ia dapat hadiah untuk berkompetisi di Perth, Australia. Dan juga offroad di Thailand.
Ada pengalaman tak dilupakan pria kelahiran Bandung, 20 April 1955 ini. Di Saguci 500 (jarak tempuh 500 km antara Saguling dan Cirata), mobil CJ7 V8-nya terbang setinggi 15 meter di atas pohon setelah menabrak pinggir jembatan.
"Lalu turun ke jurang sedalam 30 meter," kenang Yuma yang lagi-lagi lupa kapan kejadiannya.
Tetapi ia tak lupa, bahwa di peta tulip ada peringatan agar hati-hati di daerah keramat Petilasan Prabu Siliwangi, Jatiluhur. Di lokasi kecelakaan itu ada 3 mobil yang celaka. Tetapi ia dan navigator Ade Juhara tidak Iuka-Iuka.
Baca Juga: 30 Tahun OTOMOTIF : Asep Hendro, Dari Dagang Knalpot Keliling Hingga Go Internasional
Bicara navigator atau co-driver setia Yuma selama ini disebutkan nama Max Ambon dan Frans Bejo (almarhum). Namun yang paling berkesan dan menunjang karir offroadnya di Tanah Air adalah Bejo.
“Bejo itu yang bisa membawa gue dapat mobil (hadiah juara) beberapa kali di event-event berat. Dia yang bisa dampingin gue, dia tahu dan hafal karakter gue,” bilang pria humoris ini.
Pria yang juga pernah wisata off-road di Thailand dan off-road ringan dj Arizora Amerika ini tak pernah berniat berhenti dari dunia off-road.
Salah satu pendiri IOF (lndonesia Offroad Federation) ini beralasan, semampu mungkin ingin terus offroad dan berprestasi. “Sampai kapan berhenti offroad? Semampu gue lah, sampai badan gue mampu. Tapi bisa bantu orang, nyenengin orang, nyenengin diri sendiri ya jalanin,” kata pemilik bengkel ORD (Off Road Division).
JIP SEGALANYA
Begitu fanatiknya dengan jip, Yuma nyaris tak kenal mobil sedan. Secanggih apa pun mobil sedan tak pernah tergiur. Melirik pun tidak, apalagi berniat membelinya.
Sebab ia berpikir , “Sedan tak cocok untuk Indonesia. Soalnya masih sering kebanjiran dan masih banyak daerah yang jalanannya rusak. Jadi lebih pas naik jip. Kalau naik sedan malah tidak nyaman."
“Naik sedan banyak yang nyerobot. Dengan mobil offroad semua mobil minggir. Takut nyenggol. Soal nyaman, juga lebih enak jip, empuk,” ujar mantan pekerja pabrik kopi bubuk ini.
Makanya buat dirinya, jip adalah segalanya. “Dalam otak saya yang ada cuma jip,” tegasnya. Tak heran di garasinya dipenuhi aneka jip.
Contoh Jeep Wagoner Special Edition Buick 350 V8, Jeep CJ-7, Cherokee, Dodge Ram, Chevrolet Blazer, International Scout II, Toyota FJ40, Suzuki Jimny long, Ranger Rover, Land Rover dan jip-jip 4WD lainnya.
Baca Juga: 30 Tahun OTOMOTIF: Koh Apeng CMS, Tetap Eksis Dengan Label Baru
Yuma mengaku jip sudah menyatu dengan aliran darahnya. Sebab sejak kecil dia sudah senang jip. “Waktu dulu, suka juga nyolong-nyolong naik Toyota Cakra Birawa milik Babe (ayahnya),” ceritanya.
Menariknya lagi, dari sekian banyak jip-jip offroad miliknya, Yuma enggan memodifikasi dengan pakai komponen-komponen mahal dan ‘aneh-aneh’.
“Kalau memodifikasi (untuk offroad), sebisa mungkin memaksimalkan komponen standar, biar kalau ada apa-apa jadi enggak susah,” bilang pria ramah ini.
Baca Juga: 30 Tahun OTOMOTIF : Ferry ‘Standar Motor’, 40 Tahun Dagang, Modalnya Cuma Satu
Buat para offroader muda, Yuma berpesan, “Kalau bisa teman-teman yang masih muda dan baru, pelajari dulu offroad, jangan malu bertanya dan usahakan lo ada gunanya buat orang lain,” sahut pria yang kerap menolong korban bencana gempa atau banjir dengan jipnya.
TIM GILAS OTOMOTIF
Antara Yuma dengan OTOMOTIF memang bukan ‘teman’ baru. Karena Yuma mengaku mempunyai ikatan bathin dengan awak redaksi OTOMOTIF sejak awal tahun ’90-an.
Bahkan dirinya pun kenal dunia otomotif sejak OTOMOTIF lahir (1991). Bengkel ORD miliknya pun lahir sama dengan kelahiran OTOMOTIF.
Selain itu, Yuma, Daniel Zebedeus dan salah satu awak redaksi senior OTOMOTIF, Anto Beding (Djaing) menjadi pelopor gilas mobil di Indonesia. Pertama kali tampil di Pesta Otomotif di Bali dan Bandung. “Jadi kita kayak sirkus. Kemana-mana, hahaha…” gelaknya.
Bahkan ia menyatakan kangen jika mengenang masa-masa itu. Apalagi kalau melihat maskot Tabloid OTOMOTIF; GMC Blazer yang dijuluki Gajah Monster (Gamon), dulu dinamai Gajah Putih lalu Gajah Merah. Dan Yuma lah penggarap pertama mobil monster itu. “ Malah kita sempat membuat Tim Gilas Otomotif loh,” ceritanya.
Baca Juga: Dahsyat Atraksi di OTOBURSA Tumplek Blek 2017, Gamon Terbang Tinggi
Kalau Yuma sendiri menunggangi jip Scout warna merah andalannya untuk beraksi bareng Gamon di acara Otobursa Tumplek Blek. Bahkan terakhir kali, Gamon dan Scout tersebut beraksi di tahun 2019 lalu.
Sayangnya, Scout II merahnya kini telah berpindah tangan ke adiknya. “Kalau bukan adik gue gak akan gue lepas, karena mobil ini kenang-kenangan gue waktu bisa beli mobil pakai duit sendiri. Makanya kalau bisa dipelihara oleh keluarga gue,” terang Yuma yang pernah belajar perakitan Panser ke Amerika tahun 1975.
Kenangan Yuma dengan Tabloid OTOMOTIF tak sampai disitu saja. Ia bahkan kangen dengan makan-makan setiap malam deadline di kantor redaksi di Palmerah saat itu. “Nemenin kita deadline sambil ngobrol dan makan malam di redaksi,” kenang Djaing tentang Yuma saat tahun ’90-an.
Tak salah kalau Yuma legenda offroad Indonesia. Sehat selalu Aa Yuma...
Editor | : | Panji Maulana |
KOMENTAR