Setiap memimpin lomba Toddy akan bilang kepada anak buahnya semua pekerjaan berarti.
“Misal Anda hanya bawa bendera, itu bukan pekerjaan remeh karena berpengaruh dalam jalannya lomba,” ujarnya.
Poin-poin tersebut saat Toddy memimpin lomba, baik road race atau motorcross akan ia utarakan untuk memberi mereka dedikasi.
“Kalau kamu bilang kamu capek, saya juga capek. Kalau kamu bilang kepanasan, saya juga kepanasan. Saya bukan model pemimpin lomba yang duduk di dalam tenda sedangkan anak buahnya kepanasan. Gue akan berdiri bareng sama lu orang di luar. Itu poin-poin saya yang membuat saya kuat di dalam memimpin suatu lomba,” jelasnya.
Setelah kejuaraan dunia itu, contoh tersebut ia bawa setiap memimpin kejuaraan nasional.
Baca Juga: Honda XL500 Wajahnya Sangar, Adopsi gaya Scrambler, Kental Aura Motocross 80an
Sehingga meskipun hanya balap lokal, ketegasan ala world championship tetap ia terapkan.
Toddy pun mengapresiasi balap motor saat ini, khususnya di kejuaran dunia. Di mana peraturan kian ketat dengan penalti yang lebih modern. Seperti long lap penalty yang ada di MotoGP.
Ia menyayangkan kalau sekarang beberapa penyelenggara ada yang menggampangkan ikut balap tanpa KIS. Menurutnya sama seperti naik sepeda motor. Harus punya SIM sebelum boleh berkendara naik motor.
“Sama seperti di balap, ini anak tidak mengerti akan rulesnya. Dia cuma tau peraturannya, harus ada ini-itu baru boleh ikut, tapi apa ketentuan-ketentuannya ia tidak mengerti,” jelas Toddy yang membandingkan dengan jaman ia bersama Helmy Sungkar, lebih tegas dalam peraturan.
Editor | : | Antonius Yuliyanto |
KOMENTAR