Otomotifnet.com - Penerapan ganjil genap di Kota Bandung, Jawa Barat selama akhir pekan kemarin (3-5 September 2021) diklaim efektif menurunkan mobilitas masyarakat.
Pasalnya, volume kendaraan dari luar yang ingin masuk ke Kota Bandung mengalami penurunan sebesar 30 persen.
Meski demikian, Soni Sulaksono Wibowo selaku Pengamat Transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) berpendapat lain.
Menurutnya, kebijakan ganjil genap yang diterapkan pada akhir pekan kemarin justru membuat kepadatan kendaraan di sejumlah titik.
"Jadi kalau saya masih meragukan penurunan mobilitas sampai 30 persen itu," jelas Soni (6/9/2021).
Soni menjelaskan, aturan ganjil genap hanya sebagai bentuk kompromi dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dan pihak kepolisian saja.
Ini dikarenakan sistem buka tutup jalan sudah tidak bisa diberlakukan lagi di Kota Bandung, seiring dengan kondisi ekonomi yang berangsur pulih.
Baca Juga: Efek Ganjil Genap di Bandung, Hampir 1.000 Kendaraan Diputarbalikkan
"Beberapa tempat wisata juga sudah dibuka dengan pembatasan kapasitas, masa jalan ditutup. Jadi saya melihatnya sebagai bentuk kompromi," imbuh Soni.
Soni melanjutkan, akan sia-sia apabila aturan ganjil genap hanya diterapkan di gerbang tol saja.
Mengingat tempat wisata yang biasanya dipadati oleh kendaraan saat akhir pekan, justru tidak mendapatkan pengawasan dari petugas.
"Ukuran efektinya jangan di situ saja. Ukuran efektifnya harus dilihat apakah aturan ini bisa mengurangi penyebaran Covid-19. Jangan sampai hanya fokus menutup jalan sana sini, tapi di tempat wisatanya justru dilepas, itu sama saja bohong," tegasnya.
Untuk itu, Soni menyarankan agar aturan ganjil genap tidak perlu diberlakukan lagi.
Dengan begitu petugas bisa dikerahkan untuk melakukan pengawasan di jalur wisata, agar kebijakan yang dibuat bisa berjalan dengan efektif.
"Saya kira kalau diterapkan seperti yang kemarin tidak masalah. Tapi saya lihat di tempat wisata justru tidak ada pengawasan," papar pengamat transportasi ITB ini.
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR