Otomotifnet.com - Penjualan mobil bekas pabrikan Korea Selatan semisal Hyundai, masih lesu dibanding brand Jepang seperti Toyota, Daihatsu, Honda, hingga Suzuki.
Padahal eksistensi Hyundai di pasar otomotif Tanah Air tidak bisa dibilang sebentar, bahkan lebih dari dua dekade lamanya.
Kurang ramainya peminat Hyundai di beberapa showroom mobil bekas, bisa dilihat dari perbandingan jumlah unitnya dengan merek-merek asal Negeri Sakura.
Apakah hal ini dikarenakan merek tersebut masih kurang meyakinkan bagi konsumen mobil bekas?
Marketing showroom mobil bekas Pesona Mobil di Depok, Jonathan Suwandhi, mengakui bahwa tempatnya jarang menjual mobil Hyundai bekas lantaran minim permintaan dari konsumen.
"Untuk Hyundai bekas tahun 2020 ke atas, permintaannya masih kurang banyak meskipun saat ini mereka banyak mobil baru semisal IONIQ 5 atau Creta. Jadi kalau merek Korea dari Hyundai kami jarang jual," ujarnya (20/6/2022).
Jonathan mengatakan, penyerapan mobil bekas Hyundai juga bisa dikatakan tidak sebaik dengan brand Jepang yang populer di mata masyarakat Indonesia.
"Sekalinya ada unit, jualannya enggak secepat Toyota atau Honda. Jadi perputarannya lebih lama," tutur Jonathan lagi.
"Sebagai perbandingan, mobil dari brand Jepang bisa terjual tiga sampai lima hari, kalau Korea bisa semingguan lebih," katanya.
Lanjut menurut Jonathan, kurangnya minat mobil bekas dari pabrikan Korea Selatan didasari oleh banyak faktor.
"Secara harga, mobkas Hyundai atau brand Korea ini memang murah dan fiturnya bagus. Tapi untuk brand image Hyundai masih kalah, begitu juga dengan spare part-nya. Misalnya kayak Toyota yang lebih mudah dicari, jadi untuk saat ini mobkas Korea masih kurang," jelasnya.
Berikutnya adalah depresiasi atau penyusutan harga mobkas Korea juga terhitung masih lebih besar, dibanding sebagian brand Jepang yang lebih ramai permintaannya.
"Kalau depresiasi, sebenarnya enggak terlalu anjlok jika modelnya masih fresh. Tapi untuk setahun pemakaian bisa turun sekitar Rp 40 juta, kalau brand Jepang kayak Toyota atau Honda lebih bertahan harganya atau sekitar Rp 15 juta hingga Rp 20 juta," jelas pria ramah tersebut.
Jonathan mengungkapkan, ke depannya model baru Hyundai semisal Creta atau Palisade bisa saja mengalami depresiasi yang lebih besar dari merek Jepang.
"Harga mobkas pasti tetap ada depresiasi, cuma untuk merek Korea yang banyak model baru ke depannya kami belum tahu seberapa besar. Karena yang cari Creta sama Palisade bekas sih belum ada," paparnya.
"Tapi menurut kami Hyundai itu fiturnya memang banyak, tapi sampai sekarang masih kalah pamor sama brand Jepang yang lebih besar," sambung Jonathan.
Sementara Owner showroom mobkas Indigo Auto di Tangerang Selatan, Yudi Budiman, berujar jika hanya beberapa varian mobkas Hyundai yang harga jualnya masih relatif baik.
"Kalau Santa Fe 2013 sampai 2018 yang diesel cukup diminati, jadi resale value-nya masih baik kecuali varian yang bensin. Kalau model lainnya seperti H-1, varian dieselnya juga lebih dicari ketimbang mesin bensinnya," ungkapnya saat dihubungi (19/6/2022).
Yudi menilai, Hyundai atau merek Korea lainnya dahulu memang jadi pilihan terakhir di pasaran karena masalah brand image dan harga jual kembalinya.
"Tapi perlahan Hyundai tampaknya mulai diterima karena secara fitur dan kenyamanannya sih bagus. Jadi untuk model 2020 ke atas kayak Tucson, H-1 dan Santa Fe varian bensin resale value-nya memang cukup anjlok," terangnya.
"Misalnya kalau setahun atau dua tahun pemakaian, harga Hyundai itu turunnya sekitar 10 sampai 15 persen. Sedangkan brand Jepang dari Toyota atau Honda 10 sampai 12 persen," lanjut Yudi.
Namun urusan resale value atau harga jual kembali, mobkas dari brand Jepang juga tidak semuanya unggul dari Hyundai.
"Brand Jepang yang memimpin di pasaran memang masih Toyota, Daihatsu, Mitsubishi atau Honda. Tapi kalau kayak Nissan, depresiasinya malah lebih anjlok dibanding Hyundai," tutup Yudi.
Baca Juga: Bocor! Tampilan dan Harga Hyundai Stargazer, di Bawah Rp 200 Jutaan
Editor | : | Panji Nugraha |
Sumber | : | GridOto.com |
KOMENTAR