Tetapi, perkembangan zaman saat ini hampir semua mahasiswa sudah punya motor dan sangat berbahaya apabila tidak berhati-hati.
"Sebab itu, rambu-rambu lalu lintas dan pengenalan terhadap jalan yang akan dilalui, karena kadangkala (kontur jalan) juga berbahaya juga. Alat kelengkapan seperti lampu dan sebagiannya supaya diperhatikan benar untuk Keselamatan berkendara. Karena kalau dilihat angka rata-rata kematian tadi, korban kecelakaan lalu lintas lebih banyak dari korban covid-19 meninggal di DIY. Karena itu harus berhati-hati," pesan Mahfud.
Ia kemudian menceritakan pengalaman diirinya mengendarai motor di jalan.
Pada tahun 1980'an, saat sedang mengendarai sepeda motor berboncengan dengan calon istri di Gondomanan sempat melanggar rambu lalulintas dan dikejar oleh petugas Kepolisian.
"Di Gondomanan, saya bawa motor sama calon istri saya yang sekarang. (Lalu) melanggar rambu lalulintas, dikejar sama polisi, kaget kan. Polisi suruh ke pinggir. Ambilkan uang receh. Ini pak, maaf pak. Waktu itu tahun 80an. Kalau Polisi sekarang, nggak," kata Mahfud, diwarnai gelak tawa.
Pengalaman lucu riding bersama calon suami juga pernah dialami Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi.
Menurut dia, ketika boncengan motor malam Minggu dengan Agus Marsudi, pacarnya kala itu, selalu kehabisan bensin di Jalan.
"Terus (setelah itu) jalan kaki, karena bensinnya habis," tuturnya.
Cerita pengalaman naik motor juga diungkapkan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi.
Pada masa mudanya, Menteri jebolan UGM ini mengaku sering ngapel pacar menggunakan trail karena motor saat itu dianggap barang mewah.
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR