Otomotifnet - Seperti disinggung sedikit di artikel sebelumnya, kendaraan atau motor listrik yang beredar umumnya terbagi dua tipe penyimpanan baterai, model fix dan swap.
Baterai model fix umumnya diperuntukkan untuk kendaraan dengan jarak jangkau sedang atau jauh. Mengapa? Karena baterai model ini biasanya punya kapasitas yang lebih besar.
Dengan kapasitas penyimpanan yang lebih besar otomatis jarak yang dapat ditempuh akan semakin jauh. Contohnya seperti di mayoritas mobil listrik yang sudah banyak beredar.
Baca Juga: Ahli Bicara, Usia Pakai Baterai Motor Listrik Tergantung Jumlah Charging
Tentu butuh kapasitas besar untuk menempuk jarak jauh bukan? Di motor ada beberapa yang mengadopsi metode seperti ini, contohnya Yamaha E01 dan TVS iQube.
Untuk pengecasan bisa dilakukan di mana saja, selama tegangan listrik masih menyanggupi.
Pengisian bisa menggunakan charger portable, SPLU (Stasiun Pengisian Listrik Umum) atau lewat stasiun pengisian fast charging.
Namun, tentu ada juga kekurangannya, dengan kapasitas yang besar ukuran fix battery jadi lebih besar dan berat. Hal ini tentu mempengaruhi bobot kendaraan itu sendiri.
Selain itu, pengisian baterai sampai penuh relatif lama. Bahkan dengan sistem fast charging pun, tetap memakan waktu tidak seperti metode yang berikutnya.
Contohnya di Yamaha E01, pengisian dengan portable charging makan waktu 14 jam sampai penuh.
Dengan normal charging 5 jam dan dengan metode yang paling cepat, fast charging pun masih membutuhkan waktu 1 jam.
Nah, kecepatan ‘mengisi’ baterai jadi kelebihan metode swap battery. Motor listrik dengan swapable battery lebih dikhususkan untuk low range distance karena kapasitasnya lebih kecil.
Dimensi yang lebih kecil dan bobot lebih ringan, membuatnya mudah untuk dibawa atau diangkat. Mengganti baterai yang sudah habis pun jadi lebih mudah dan cepat.
“Dengan tipe swap, konsumen tidak perlu menunggu lama untuk melakukan charging karena cukup mengganti di swap battery station,” ujar Anton Widiantoro, Manager Public Relation PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing.
Nah kekurangan dari metode swap battery, selain ada batasan jarak tempuh dan performa, kondisi baterai yang ditukar tidak dapat dipastikan kondisinya.
Hal ini karena baterai tersebut bukan milik sendiri dan sepanjang siklusnya akan ditukar.
Tentu pengguna tidak akan tahu kondisi dan perlakukan orang lain saat menggunakan baterai tersebut.
Bisa saja baterai yang digunakan di awal kualitasnya lebih bagus, tetapi begitu ditukar di stasiun penukaran malah dapat yang kondisinya kurang baik akibat perawatan yang buruk.
Editor | : | Iday |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR