Otomotifnet.com - Pertalite RON 90 kini makin enggak masuk akal
Sebab, meski harga makin mahal tapi konsumen tetap rela antre sampai 20 menit.
Bahkan sudah terjadi sejak minggu pertama September 2022 lalu.
Masyarakat mungkin masih terkena efek panic buying, waktu itu.
Dalam teori sosiologi, panic buying merupakan bentuk perilaku kolektif yang terjadi di masyarakat.
Perilaku yang dilakukan secara bersama-sama atau beramai-ramai ini biasanya terjadi secara tiba-tiba dan cenderung tidak sesuai norma.
Hingga minggu ketiga September 2022, antrean pembelian Pertalite di SPBU belum juga surut.
Sebagai contoh Dwi Rahmawanto, dosen salah satu kampus di Depok ini rela antre hingga 10 kendaraan saat beli Pertalite buat Yamaha Mio Soul di SPBU wilayah Jakarta Selatan.
"Wah antreannya panjang, masih sama seperti sebelum kenaikan," ucapnya.
"Kalau antre di Pertamax kayaknya enggak, selain harganya lebih mahal, dari awal sudah isi motor ini pakai Pertalite," ujar Dwi.
Sementara itu, antrean beli Pertalite di SPBU tidak hanya terjadi di Jakarta.
Faqih Hamdani, PNS yang berdomisili di Temanggung, Jawa Tengah, juga merasakan hal yang sama.
"Antre Pertalite di sini bisa 20 motor, paling enggak 10-20 menit," tuturnya.
"Antrean bisa dari pagi sampai malam. Kayaknya karena dijatah, soalnya kalau sudah jam 8 malam bilangnya habis, nanti bisa lagi jam 6 pagi," ujar Faqih.
"Kalau kepepet, terpaksa antre Pertamax," sambungnya.
Ia bahkan harus mencari SPBU di pinggiran kota untuk mengisi Honda Vario 150 miliknya.
Meskipun jauh dari tempat aktivitas, menurutnya, antrean masih masuk akal.
Lain halnya dengan Wahyu Zuli Firmanto, karyawan swasta yang berdomisili di Kediri, Jawa Timur.
Dirinya malah beralih ke Pertamax Turbo untuk mengisi Honda BeAT-nya guna menghindari antrean yang mengular di SPBU.
"Harga memang lebih mahal, tapi gimana ya, pilihannya daripada capek (antre) mending bayar lebih," sebutnya.
Melihat fenomena ini, Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting beri tanggapan.
"Kok bisa gitu ya? Coba saja kita hitung, kalau isi 1 motor mulai dari berhenti, buka tangki sampai selesai isi, dan bayar, berapa lama?" ujar Irto di Jakarta, (21/9/22).
"Kalau misal 2 menit saja, dan ada antrean 10 motor, artinya sudah 20 menit ya. Secara stok kita pastikan aman, termasuk di SPBU," kata dia.
Mengenai batasan kuota pengisian BBM, menurutnya belum resmi berlaku.
Kata Irto masih menunggu revisi aturan yang saat ini belum keluar.
"Kalau dari kami memastikan stok di SPBU itu tersedia. (Kuota) tidak memengaruhi (antrean)," ucap Irto.
Sementara Bhima Yudhistira Adhinegara, Direktur Center of Economic and Law Studies beri pendapatnya mengenai fenomena antrean beli Pertalite ini.
"Sekarang ini masih ada kekhawatiran soal kehabisan kuota. Jadi isinya di luar kebutuhan, meskipun harga BBM naik," ujar Bhima, (21/9/22).
"Ini kan masih terus, soal kuota akan habis, dan lain-lain. Itu sebenarnya membuat sekarang masyarakat, ya sudahlah mengisi (BBM) sekarang," tuturnya.
Bhima menambahkan, masyarakat juga enggan terkena prank lagi, apabila harga BBM naik sewaktu-waktu.
Tak heran, mereka bakal memilih isi BBM dengan harga yang lebih murah.
"Mengantisipasi harga BBM berikutnya. Jadi masyarakat mengantisipasi juga ke depannya masih banyak ketidakpastian," tandas Bhima.
Baca Juga: Dikeluhkan Jadi Boros, Batas Maksimum Suhu Penguapan Pertalite Segini
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR