Otomotifnet.com – Tak bisa dipungkiri, masih banyak pemilik kendaraan yang acuh soal penggantian busi.
Patokannya selama mesin masih bisa nyala, mereka menganggap tak perlu ganti busi.
Padahal setelah jangka waktu pemakaian tertentu, kinerja busi dalam menghasilkan percikan listrik lama-lama akan menurun.
Efeknya, mesin jadi terasa kurang bertenaga dan boros bahan bakar.
Baca Juga: Mesin Bensin Mobil Hybrid Tak Bekerja Terus Menerus, Kapan Ganti Businya? Ini Kata NGK!
Sekadar info, untuk busi standar berbahan nickel, hampir semua brand busi maupun kendaraan menyarankan untuk melakukan penggantian setiap 20.000 km untuk mobil, dan per 10.000 km untuk motor.
Jika ingin yang masa pakainya lebih lama, bisa pilih busi yang menggunakan material logam mulia.
Nah, material logam mulia tersebut pada busi ada beberapa macam, antara lain platinum, iridium, perak, bahkan ada juga yang menggunakan emas.
Namun jangan salah dalam memilih busi berbahan logam mulia ini.
“Perak atau emas memang daya hantar listriknya lebih bagus dibanding material lainnya. Namun kelemahannya adalah melting point (titik lebur) dan boiling point-nya (titik didih) rendah,” beber Diko Oktaviano, Technical Support PT NGK Busi Indonesia.
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
KOMENTAR