"Ratusan kuburan nenek moyang kami telanjur dipindahkan dari Mandalika demi terbangunnya Sirkuit Mandalika. Ini kita lakukan demi cita-cita presiden Joko Widodo. Lalu sekarang dibilang ini rugi? Ini jelas mendiskreditkan kami di Pemda Lombok Tengah," kata Pathul.
Dony Oskaria juga mengatakan pengelola Mandalika menanggung utang jangka pendek sebesar Rp 1,2 triliun dan utang jangka panjang Rp 3,4 triliun.
Sehingga total utang menjadi Rp 4,6 triliun.
"Itu waktu kita mengambil alih Mandalika itu posisinya adalah mereka mempunyai short term liabilities Rp 1,2 triliun. Mereka mempunyai long term liabilities Rp 3,4 triliun," kata Dony.
Selain itu, perusahaan juga harus menanggung beban berat dari pengelolaan Mandalika, mulai dari beban bunga pinjaman, pemeliharaan, hingga penyusutan aset yang harus dicatat.
Pihaknya bisa dikatakan saat ini masih merugi dalam pengembangan kawasan Mandalika.
Perusahaan masih bisa sedikit bernapas karena masih bisa ditopang dari pemasukan pengelolaan Nusa Dua Bali.
"Dengan sumber implement capacity hanya dari Nusa Dua. Terus terang saya tidak bisa menyelesaikan yang short term liabilities ini, di mana isi di dalamnya adalah pembangunan Grand Stand, VIP village, sama kebutuhan modal kerja waktu penyelenggaraan event, yaitu Rp 1,2 triliun," ungkap Dony.
Ia mengatakan, meskipun sukses digelar dan ajang balapannya menjadi perhatian dunia, gelaran MotoGP ternyata juga bikin tekor perusahaan.
"Ini yang menjadi persoalan di ITDC. Di samping itu ITDC juga mendapatkan beban untuk penyelenggaraan MotoGP tahun 2022. Ini menjadi beban yang sampai saat ini menjadi tanggungan daripada ITDC," ujar Dony.
Baca Juga: AHM Luncurkan Apparel HRC di WSBK 2023 Mandalika, Termurah Rp 80 Ribu
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR