Umumnya, kejadian ini dipicu karena tak ada stimulus atau rangsangan ke otak pengemudi, serta tak memiliki teknik mengemudi yang baik terhadap respons dari apa yang sudah dilihat ketika berkendara.
"Biasanya saat pengemudi hanya bisa melihat namun tanpa memberikan respon apa yang harus dibuat, maka akan mudah terserang microsleep," sebutnya.
"Pengendara juga akan mudah kaget, seperti ketika kejadian ada motor yang mendadak memotong jalan dan lain sebagainya," kata Jusri.
Sementara highway hypnosis sendiri, lanjut Jusri, pemicunya lebih karena monotonnya perjalanan sehingga menimbulkan kebosanan dan pandangan cenderung ke arah depan sehingga memudahkan untuk terbuai seperti dihipnotis.
Karena itu untuk highway hypnosis sendiri menurut Jusri, tak hanya menyerang pengendara yang lelah atau kurang istirahat, bisa juga menimpa pengemudi yang dalam keadaan bugar atau memiliki waktu tidur yang cukup.
Bisa diibaratkan kondisi ini seperti sopir yang sedang berkendara namun pikirannya menerawang ke mana-mana.
Dengan demikian, apa yang dilakukan dan dipikirkan tidak sinkron.
"Pada dasarnya kondisi ini atau highway hypnosis tercipta karena lingkungan yang membosankan, monoton, tanpa ada stimulus ke pengendara," tegasnya.
"Diperparah dengan tingkat kewaspadaan yang kurang, seperti pengendara bisa melihat tapi tidak bisa mengerti, sehingga tak sigap untuk mengambil respon bila terjadi apa-apa," ucap Jusri.
Karena itu, untuk menghindari bahaya hipnotis jalan raya ketika sedang berkendara, selain beristirahat dengan cukup, baiknya pengemudik juga menstimulus otak dengan cara melakukan pengawasan ke area sekitar untuk melakukan observasi terhadap objek yang bisa mengganggu perjalanan.
Dengan demikian, otak pengendara akan akan berkerja dan terhindar dari kondisi yang jenuh karena monoton sehingga tingkat kewaspadaan selalu terjaga dalam perjalanan.
Baca Juga: Pemudik Hati-hati, Tol Trans Jawa Kerap Bikin Pelintas Tak Sadar Karena Ini
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR