Selanjutnya adalah perhatikan kondisi arus lalu lintas atau traffic flow yang sedang dilalui, "Karena ini masih berhubungan dengan poin sebelumnya yaitu akselerasi dan deselerasi," tukas Bonar.
Ia lantas mencontohkan misalnya pada jalur yang kita lewati di depannya ada bus, dan di belakang bus ada mobil lain.
Karena bus bergerak lambat, si mobil yang di belakangnya mau pindah jalur atau mau overtaking untuk melewatinya.
"Nah, mobil kita yang berada di jalur yang sama, reaksinya ada dua pilihan. Yaitu mobil tetap berakselerasi sampai dekat dengan bus, lalu dilakukan deselerasi, atau kita angkat pedal akseleratornya dan biarkan mobil secara natural mengurangi kecepatannya," bilang Bonar.
Baca Juga: All-new KONA Electric Digas Dari Jakarta-Semarang Tanpa Ngecas Baterai, Bisa?
Jika memilih opsi kedua, lanjutnya, berarti ada hubungannya dengan regenerative braking tadi.
"Jadi dengan kita memperhatikan arus lalu lintas di sekeliling kita, driving management atau manajemen mengemudi kita bisa kita atur sedemikian rupa untuk memaksimalkan jarak tempuh atau meminimalkan penggunaan energi baterai," terangnya.
Berikutnya, lanjut Bonar, hindari melakukan pengisian perangkat elektronik (misalnya gadget) yang tidak perlu.
Terutama bila daya baterainya masih cukup banyak. Walaupun di mobil dilengkapi dengan berbagai fitur seperti wireless charger dan USB port.
"Karena penggunaanya tetap akan menyedot energi listrik dari baterai kendaraan," jelas Bonar lagi
Kemudian hindari sering membuka jendela saat mobil melaju. Hal ini kata Bonar untuk meminimalkan hambatan udara.
Terakhir, gunakan mode resirkulasi udara saat menggunakan AC.
Maksudnya, udara yang ada di kabin dialirkan kembali lewat AC, atau berputar di dalam kendaran. Jangan pakai mode yang mengambil udara dari luar.
"Karena kalau kita mengambil udara dari luar, maka akan memicu sistem AC akan mendinginkan atau memanaskan udara dari luar tersebut. Dan itu akan membutuhkan energi listrik," pungkasnya.
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
KOMENTAR