Jakarta – Saat ini, sebagian kalangan mengenal motor Harley Davidson (HD) dengan wujud besar bermesin V-Twin bersuara berat dan gagah. Namun masih jarang yang mengetahui jika beberapa waktu lalu, HD juga memiliki varian motor yang ‘merakyat’ dengan mesin 2-tak silinder tunggal. Salah satunya SS250 ini.
Yup, pada tahun 1975 SS250 diciptakan sebagai motor entry level HD yang statusnya jauh di bawah Sportster 883, atau Street 500 yang hadir saat ini. Motor tersebut dikembangkan untuk melawan produk Jepang dan Eropa yang marak memakai mesin 2-tak silinder tunggal.
Kapasitasnya 213cc pendingin udara dengan ukuran bore x stroke72,0 x 59,6 mm yang mampu menyembur tenaga 20 dk. Pelengkapnya, tertanam transmisi 5-speed manual. Karakternya dirancang lincah, karena hanya berbobot 129 kg dan didukung ban berukuran 18 inci di depan dan 19 inci di belakang.
Jangan bayangkan juga bodi SS250 akan segagah saudaranya yang bermesin V-Twin. Karena memang tampilannya cukup simple dengan garis bodi khas motor sport naked tahun 70-an. Bahkan mirip dengan motor-motor Jepang seperti Honda CB atau Kawasaki Binter Merzy. Rem depan-belakangnya juga masih mengandalkan tromol.
SS250 memiliki saudara bertampilan trail berkode SX dengan mesin yang sama. Sayangnya, setelah masalah standar emisi yang gagal dipenuhi, maka sejak tahun 1978 HD tak lagi memproduksi SS250.
Lalu dari mana nama Malaria tersemat di motor ini? Nah, julukan ini hanya terdapat pada SS250 di Indonesia. Pasalnya di era 70-an, motor ini masuk ke Indonesia sebagai tunggangan dokter pemerintah Orde Baru saat bertugas mengentaskan penyakit Malaria di pedalaman Indonesia.(motor.otomotifnet.com)
Yup, pada tahun 1975 SS250 diciptakan sebagai motor entry level HD yang statusnya jauh di bawah Sportster 883, atau Street 500 yang hadir saat ini. Motor tersebut dikembangkan untuk melawan produk Jepang dan Eropa yang marak memakai mesin 2-tak silinder tunggal.
Kapasitasnya 213cc pendingin udara dengan ukuran bore x stroke72,0 x 59,6 mm yang mampu menyembur tenaga 20 dk. Pelengkapnya, tertanam transmisi 5-speed manual. Karakternya dirancang lincah, karena hanya berbobot 129 kg dan didukung ban berukuran 18 inci di depan dan 19 inci di belakang.
Jangan bayangkan juga bodi SS250 akan segagah saudaranya yang bermesin V-Twin. Karena memang tampilannya cukup simple dengan garis bodi khas motor sport naked tahun 70-an. Bahkan mirip dengan motor-motor Jepang seperti Honda CB atau Kawasaki Binter Merzy. Rem depan-belakangnya juga masih mengandalkan tromol.
SS250 memiliki saudara bertampilan trail berkode SX dengan mesin yang sama. Sayangnya, setelah masalah standar emisi yang gagal dipenuhi, maka sejak tahun 1978 HD tak lagi memproduksi SS250.
Lalu dari mana nama Malaria tersemat di motor ini? Nah, julukan ini hanya terdapat pada SS250 di Indonesia. Pasalnya di era 70-an, motor ini masuk ke Indonesia sebagai tunggangan dokter pemerintah Orde Baru saat bertugas mengentaskan penyakit Malaria di pedalaman Indonesia.(motor.otomotifnet.com)