Baterai & Sistem Charging Mobil Listrik, Mau Basah atau Kering?

billy - Senin, 28 Januari 2013 | 13:22 WIB

(billy - )


Namanya mobil listrik, pasti menggunakan arus listrik sebagai sumber tenaga. Alhasil, selain dinamo atau motor listrik sebagai penggerak, sumbernya utamanya yakni aki atau baterai, harus dibuat sebaik mungkin. Mirip dengan teknologi baterai handphone, aki mobil listrik sekarang pun sudah pakai jenis lithium loh. Memang, apa bedanya pakai aki basah yang sekarang banyak beredar?

"Aki basah punya sifat menyimpan memory loss. Jadi, ketika dipakai sampai habis dan di-charge, kemampuan aki menyimpan energi listrik semakin berkurang," terang Drs. Yannes Martinus Pasaribu, dosen Desain Produk ITB yang merakit mobil listrik bernama Jalak. Alhasil, beda dengan mobil motor bakar yang suplai listrik selalu dipenuhi oleh alternator, maka mobil listrik hanya mengandalkan aki sebagai sumber tenaganya.

Contoh Toyota Kijang Super milik LIPI yang pernah dicoba OTOMOTIF, masih menggunakan aki basah sebagai sumber tenaganya. Hal ini lebih dikarenakan harga aki jenis lithium yang lebih mahal. "Harga untuk instasi pemerintah yang pasti lebih murah saja masih berkisar Rp 3,6 juta untuk sebuah aki lithium baru. Pasti akan jauh lebih mahal ketika yang membeli pihak swasta dengan kuantitas sedikit," wanti Ir. Abdul Hapid, Ka.Bid. Peralatan Transportasi P2 Telimek LIPI yang sudah mengembangkan 4 unit mobil listrik.

Nah, untuk memaksimalkan kinerjanya, belakangan aki jenis lithium yang dipercaya, generasi terakhir yaitu berjenis Li-ion Fe yang punya kemampuan menyimpan listrik lebih stabil. Sekarang, tinggal berapa banyak aki yang mau digunakan, kembali lagi berapa kapasitas motor listriknya.

Misalkan saja bus listrik bikinan LIPI yang butuh aki berkemampuan 3,2 Volt dengan kapasitas 160 Ah sebanyak 100 buah untuk sebuah motor listrik bertegangan 320 Volt. Atau justru e-Car kepunyaan Dasep Ahmadi yang butuh 36 buah aki lithium berkekuatan 21kWh. Contoh lain, Jalak kepunyaan kampus ITB yang berukuran lebih mungil, cukup menggunakan 8 buah aki 12 Volt dengan tegangan 100 Ah, untuk sebauh motor listrik dengan daya 10 kW.

Terpenting justru sistem charging-nya. Kali ini, giliran komputer yang bekerja. "Nanti, yang mengatur BMS (Battery Management System), tinggal tergantung mau seberapa lama proses charging-nya, komputer yang akan membatasi," tutur Hapid lagi. Jadi, misalkan rumah hanya punya daya 2.200 Watt dengan sekring 10 Ampere. Tinggal diatur saja melalui modul kontrol unit, kalau hanya ingin mengisi kembali aki tapi masih tetap ingin menggunakan peralatan listrik untuk rumah tangga lainnya, atau listrik hanya fokus dipakai untuk mengisi aki.

"Efeknya ke berapa lama waktu pengisian aki nantinya," sambung pria asli Bugis ini. Efeknya, mau dibuat fast charging pun tak masalah. Tapi awas meteran listrik turun saja kalau sambil menyalakan AC.  (mobil.otomotifnet.com)