Jaksa Agung Eric Holder menjelaskan bagian dari komponen mobil yang menjadi target konspirasi
Amerika - Mitsubishi Electric Corp, Hitachi Automotive System dan tujuh perusahaan Jepang lainnya telah mengaku bersalah di pengadilan AS atas tuduhan penetapan harga di industri komponen otomotif. Atas tindakan mereka, Departemen Kehakiman (DoJ) mendenda kesembilan perusahaan dengan total 740 juta dollar Amerika atau Rp 8,4 triliun, seperti dilaporkan Bloomberg, kemarin (28/9).
Skandal yang dilakukan kesembilan perusahaan pemasok itu menaikkan harga 25 juta unit kendaraan, sampai membuat General Motors, Ford, Toyota, dan Chrysler harus merogok kocek total 5 miliar dollar Amerika atau Rp 57 triliun bagian dari inflasi. Inilah yang membuat Departemen Kehakiman bergegas mengerah kepenyelidikan.
"Dalam investigasi ditemukan lebih dari selusin konspirasi terpisah ditujukan pada ekonomi Amerika," kata Jaksa Agung Eric Holder, dalam keterangan pers kemarin (28/9).
Untuk penyelidikan itu DoJ telah mengeluarkan denda 1,6 miliar dollar Amerika (Rp18 triliun lebih) terhadap 20 perusahaan, 21 eksekutif individu (17 di antaranya siap masuk penjara). "Luasnya konspirasi membawa ke titik terang sebagai peristiwa yang mengerikan. Mereka melibatkan lebih dari selusin konspirasi terpisah beroperasi secara independen yang ditargetkan industri otomotif Amerika," urai Deputi Asisten Jaksa Agung Scott Hammond.
Menariknya, atas kejadian ini tidak satu pun prinsipal mobil berkomentar terhadap kasus konspirasi ini. "Kami memerlukan pemasok untuk mematuhi semua hukum yang berlaku," kata Dion Corbett, juru bicara Toyota yang berbasis di Tokyo.
Bahkan COO Ford Mark Fields berbicara kepada wartawan di detroit bahwa perusahaannya bekerja sangat erat dengan para pemasoknya dan kepercayaan sangat penting bagi manajemennya.
Hitachi Automotive setuju membayar 195 juta dollar Amerika atau (Rp 2,16 triliun) untuk memperbaiki harga starter motor, alternator, dan air flows meter serta timing valves, di antara komponen lainnya. Sementara Mitsubishi Electric sanggup membayar 195 juta dollar Amerika (Rp2,23 triliun) untuk memperbaiki ketiga komponen yang sama. (mobil.otomotifnet.com)