Bagaimana tidak, lantaran regulasi ban yang boleh dipakai pada kelas ISP ini, baru diinformasikan 4 hari menjelang balap. "Tepatnya hari Kamis (26/4), baru diputuskan. Jadi bagi tim yang tidak disponsori oleh pabrikan ban, waktu riset untuk menentukan ban yang akan dipakai, sangat terbatas dan tidak maksimal," ujar Taqwa Suryo Swasono, mekanik Honda Bandung Racing Team.
BENEFIT TAK DISPONSORI
Masih ungkapnya, "Ujungnya, ada tim yang gambling dalam menentukan ban. Efeknya poin hasil lomba pada seri pertama ini jadi taruhannya. Pasalnya kalau pilihan serta settingannya kurang tepat, tak bisa menduduki urutan atas dan peroleh poin bagus. Kecuali bila tim sudah disponsori oleh pabrikan ban seperti kita, bisa jauh-jauh hari riset dan setting ban".
Hal tersebut diakui oleh Alvin Bahar, direktur tim Honda Racing Indonesia. "Walau ada 5 merek ban yang boleh dipakai pada kelas ini, yakni; Achilles, Bridgestone, GT Radial, Accelera dan Dunlop, tetap saja kita tidak bisa riset satu persatu untuk mencari yang terbaik, pasalnya pengumumannya mepet," ujarnya.
Masih ungkap Alvin, "Ujungnya kita sedikit gambling memilih ban Bridgestone untuk turun kejurnas ini. Alasan utama kita, karena melihat Roy Haryanto dari tim HSC Gandasari OWS dan beberapa tim lain yang mencobanya pada saat kualifikasi, time-nya bagus dibanding pakai ban merek lain."
Meski ada unsur gambling, ternyata pilihan Alvin tepat. Pasalnya berhasil mengantarnya ke runner-up dan teman satu timnya, yakni Rio SB, di posisi 3. Sedangkan urutan 1 diraih oleh Roy, yang memang sudah yakin dengan ban pilihannya.
"Sebelumnya kita sudah coba beberapa merek ban, tapi yang paling bagus Bridgestone G III ini. Meski demikian, settingan belum optimal, karena pengumuman soal ban yang boleh dipakai, waktunya sangat mepet. Seri berikutnya kita akan prepare lagi," beber Roy.
Meski seri pertama kelas kejurnas ini, ban sudah ditentukan harus pakai merek apa, namun menurut informasi, seri berikutnya regulasi ban akan berubah lagi. "Soal kabar tersebut, masih belum jelas. Tapi kalau memang benar peraturan berubah dan ada ban merek lain yang lebih kompetitif, tak ada salahnya kita mencobanya," aku Alvin.
Mengenai hal tersebut, Taqwa juga menambahkan. "Saya juga mendengar informasi demikian. Namun kalau memang benar regulasi ban diubah, saya berharap perubahannya ada pilihan ban yang selevel/setingkat dengan Bridgestone yang saat ini masih jadi andalan beberapa tim," imbuhnya.
DIEVALUASI LAGI
Evaluasi soal regulasi ban seri pertama Kejurnas ISP ini pasti dilakukan. Apalagi banyak pembalap dan juga tim yang merasa terkejut dan harus pontang-panting mencari ban sesuai dengan aturan yang baru diberlakukan untuk ISP beberapa hari menjelang balapan. "PP IMI akan mengajak rembuk pihak terkait mulai promotor, produsen ban dan pembalap untuk mencari rumusan terbaik seperti apa," beber Nicky Tjonnadi selaku Kabid R4 PP IMI. Sampai berita ini diturunkan rapatnya sendiri baru akan berlangsung.
Terkait performa apik karet hitam Bridgestone Potenza G III. Ternyata produk ban untuk harian bakal sulit dicari di pasaran karena sudah tak lagi diproduksi. "Potenza GIII sudah stop produksi sejak launching Adrenalin RE002 pertengahan tahun lalu. Kalau pun GIII masih ada itu paling sisa stok," ujar Agus Sarsito, Department Manager Field Serviee Engineering Dept. PT Bridgestone Tire Indonesia.
Nah, kalau seperti ini tentunya harus segara ada tindakan konkret terkait aturan ban untuk kejurnas ISP ini. Regulasi sejatinya ada agar balapan lebih seru dan bukan malah bikin bingung pelakunya. (otosport.co.id)
Hasil Lomba
1. Roy Haryanto
2. Alvin Bahar
3. Rio SB
4. Fitra eri
5. Haridarma M