Yamaha Mio, Kaum Hawa Juga Suka Balap

billy - Sabtu, 3 Maret 2012 | 10:00 WIB

(billy - )


Tak cuma kaum pria saja yang menyukai balap, kaum hawa juga ada yang suka. Seperti Putri Tachi, pemilik Yamaha Mio lansiran 2008 ini. Dara yang tinggal di daerah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan ini suka adrenalin. Karena hampir setiap harinya doi nongkrong bareng anak-anak komunitas balap.

“Saya suka motor kenceng, makanya buat satu motor. Tapi, bukan saya sendiri sih yang bawa. Ada teman yang khusus geber ini motor,” bilang remaja yang masih 19 tahun ini.

Buat seting engine skubeknya, putrie memang tidak terlalu ekstrem. Soale, Mio-nya itu cuma buat tarung di kelas piston 58,5 mm standaran. “Yang boleh diganti hanya pistonnya saja. Yang lain, tetap pakai part aslinya,” tambah Putri.

Buat tarung di kelas piston 58-an, seher Honda GL-Max Neo Tech diandalakan. “Seher ini dipilih karena tidak mengubah pen piston. Sama seperti Mio, pen piston pakai diameter 15 mm,” jelas Ahmad Fauzan, mekanik Lay Speed (LS) di Jl. Mampang Prapatan 11, No. 14, Jakarta Selatan.

Tapi, sebelumnya Fauzan yang garap pacuan milik Putri pernah mencoba memakai piston lain yang diameter 58,5 mm. Sayangnya, piston yang dipakainya itu enggak sejajar atau sedikit mendem dari bibir blok silinder. Akibatnya, perbandingan kompresi tidak bisa dibuat tinggi tanpa penggantian setang seher.

Berbeda jika pakai piston GL-Max. Bisa dibuat lebih tinggi atau sejajar sejajar bibir blok. Buat naikan kompresi jadi lebih mudah. Tinggal mainkan dome alias permukaan piston agar lebih mendekati kubah ruang bakar.

"Dome piston dibuat sekitar 2 mm. Tapi, itu bagian tengahnya saja. Karena sisi pinggir piston juga dipapas 2 mm. Jadi kubah bisa lebih kecil,” tambah Fauzan yang juga aplikasi linner GL-Max.

Lewat permainan ini, perbandingan kompresi jadi naik hingga 14 : 1. Hanya saja, buat pemasangannya sedikit butuh penyesuaian. Terutama di bagian dinding piston. Bagian terbawah dipapas lagi sekitar 3 mm. Tujuannya selain bikin bobot piston lebih ringan, juga biar enggak mentok kruk as.

Begitunya kompresi tinggi yang tercipta itu tanpa pemapasan kepala silinder, lho. Tapi, kubah di head dibuat menyesuaikan piston yang sekarang dipakai. “Kem, dikasih dari teman. Durasinya enggak dihitung. Tapi, katanya sudah tinggi,” aku Fauzan lagi.

Meski kem sudah ubahan, tapi buat kelas 58-an, klep tetap harus standar. Buat cegah overlap alias klep benturan, sitting klep disekrap atau dibuat lebih dalam lagi sekitar 1,5 mm.

Kelar ngomongin mesin, pria yang kerap disapa Lay ini melanjutkan pada bagian saluran gas buang. Akibat bengkaknya kapasitas mesin, Lay kudu memodifikasi knalpot sesuai karakter mesin.

"Saya tidak membobok knalpot. Tapi memilih mengondomkan knalpot racing di muffler standarnya. Selain lebih free flow dan enak didengar, putaran atas juga bisa lebih maksimal,” tutup mekanik tinggi berbadan kekar ini. Jajal? (motorplus-online.com)