Dok.motor Plus
Tekan Konsumsi BBM Dengan Koil Racing
Grafik lonjakan tenaga akibat koil racing
Menghemat bahan bakar kerap disiasati dengan mencekik pasokan bahan bakar dari karburator. Misalnya, spuyer dikecilin.
Ah, itu sih kuno. Yang ada, mesin jadi lebih panas dan motor ogah ngacir.
Ada cara jitu bikin motor irit, tapi performa naik. Modalnya, cuma koil dan kabel busi high performance. Orang bilang racing, Coy.
Ah masa sih? Yuk dibahas. Koil peranti yang berguna mempertinggi tegang-an listrik. Itu didapat dari kerja dua jenis kumparan di dalam koil.
Ah masa sih? Yuk dibahas. Koil peranti yang berguna mempertinggi tegang-an listrik. Itu didapat dari kerja dua jenis kumparan di dalam koil.
Kumparan pertama disebut primer dan satunya sekunder. Ya kayak trafo pada arus bolak-balik atau AC (Alternating Current).
Bedanya, pada sistem kelistrikan motor kebanyakan bekerja dengan sistem arus searah DC (Direct Current).
Nah, dikatakan koil racing karena punya kemampuan meningkatkan tegangan dari CDI yang diumpankan ke busi lumayan besar.
Nah, dikatakan koil racing karena punya kemampuan meningkatkan tegangan dari CDI yang diumpankan ke busi lumayan besar.
Tegangan yang dihasilkan lebih besar dari koil standar.
Karena tegangan lebih besar, pengapian yang dihasilkan busi pun lebih bagus.
Karena tegangan lebih besar, pengapian yang dihasilkan busi pun lebih bagus.
Dan hasilnya, terjadi pembakaran lebih sempurna. Makin sempurna pembakaran, tidak ada gas bahan bakar yang terbuang percuma.
Inilah yang membuat power motor meningkat tapi bahan bakar lebih irit.
Saat ini, banyak sekali koil dan busi racing yang dijual di pasaran. Mulai produk aftermarket seperti Kitaco, Faito, R9, Daytona hingga produk copotan dari special engine seperti Suzuki RM125, Yamaha YZ125 atau KX250.
Saat ini, banyak sekali koil dan busi racing yang dijual di pasaran. Mulai produk aftermarket seperti Kitaco, Faito, R9, Daytona hingga produk copotan dari special engine seperti Suzuki RM125, Yamaha YZ125 atau KX250.
Harganya pun beragam. Mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Tapi, itu kan teori. Biar yakin, dicoba pada Honda Tiger Revo terbitan 2008. Pengetesan di Dynotest tipe 250i milik Aerospeed di Jakarta Selatan.
Saat dijajal koil standar pabrik power didapat 14,42 HP dan 10,85 ft.lb. Sedangkan AFR (Air Fuel Ratio) digasingan awal terlihat masih terlalu kaya.
Lalu kami mencoba koil racing aftermarket.
Tapi, itu kan teori. Biar yakin, dicoba pada Honda Tiger Revo terbitan 2008. Pengetesan di Dynotest tipe 250i milik Aerospeed di Jakarta Selatan.
Saat dijajal koil standar pabrik power didapat 14,42 HP dan 10,85 ft.lb. Sedangkan AFR (Air Fuel Ratio) digasingan awal terlihat masih terlalu kaya.
Lalu kami mencoba koil racing aftermarket.
“Penggunaan koil racing, langsung terlihat dari grafik power yang mengalami kenaikan sejak gasingan awal. Di pusingan atas pun lebih dapat,” jelas Mohamad Yuda alias Godel sang operator. Hasilnya, power naik 0,26 HP dan torsi melejit naik 0,78 ft.lb.
Mumpung masih berhubungan dengan listrik, kami mencoba menambahkan kabel busi racing.
Mumpung masih berhubungan dengan listrik, kami mencoba menambahkan kabel busi racing.
Logikanya, bila koil racing ditunjang kabel busi racing, maka penyaluran tegangan listrik lebih optimal dan tidak terkorupsi.
Hasilnya grafik power melonjak tajam menjadi 14,82 HP dan torsi jadi 11,24 ft.lbs. Lonjakan ini akibat paduan koil racing dan busi racing tadi.
Dan anehnya grafik AFR pun ditekan ke angka 1 : 13. Sepertinya terbakar lebih sempurna. Artinya, campuran bahan bakar dan udara bisa dibakar secara maksimal. Makanya lebih irit. Bertenaga pula.
Hasilnya grafik power melonjak tajam menjadi 14,82 HP dan torsi jadi 11,24 ft.lbs. Lonjakan ini akibat paduan koil racing dan busi racing tadi.
Dan anehnya grafik AFR pun ditekan ke angka 1 : 13. Sepertinya terbakar lebih sempurna. Artinya, campuran bahan bakar dan udara bisa dibakar secara maksimal. Makanya lebih irit. Bertenaga pula.