Pabrikan ban Michelin yang kini serius main di pasar Indonesia, bukan cuma jualan. “Tapi, juga memberikan edukasi kepada para pengguna ban,” jelas Ferry Laksana, Marketing Manager PT Michelindo Mitra Abadi, importir dan distributor tunggal ban Michelin untuk Indonesia.
Menurut Ferry, terdapat beberapa poin penting yang langsung bisa dilihat di ban Michelin. Juga bisa dimengerti orang awam yang bisa dijadikan pelajaran. Beberapa kode umumnya juga sama dengan ban merek lain. Apa aja tuh?
Tire Wear Indicator
Di setiap ban dilengkapi indikator maksimal pemakain ban. “Namanya tire wear indicator,” sebut Ferry. Masih menurut Ferry lagi, kalau ban lokal menggunakan tanda panah di dinding ban. Itu tidak bisa mewakili karena tidak langsung menyentuh aspal.
Berbeda dengan buatan Michelin. Tire wear indikator berupa tanda titik yang berada di kembangan ban. Menyentuh langsung ke aspal. Kalau tanda ini sudah terkikis, diharuskan ganti ban.
Tanggal Produksi
Kode kapan ban diproduksi sangat penting untuk pembeli. Karena semakin lama diam di toko, kompon ban akan mengeras dan berbahaya jika jalan licin. Khusus produksi Michelin terdapat di dinding ban dan diembos.
Misalnya seperti pada foto di atas. Terdapat kode 1911. Angka 1 menyatakan ban diproduksi pada minggu ke 1. Sedang kan 9 menyatakan bulan September dan 11 artinya tahun 2011.
Kode SNI
Meski ban Michelin masih diproduksi di luar negeri, tapi tetap harus lulus standar Indonesia. Yaitu SNI (Standar Nasional Indonesia). Posisi itu sudah langsung diembos pada dinding ban.
Jadi, sudah layak dipakai di Indonesia. “Jangan takut walau didesain di Perancis dan diproduksi di Thailand, tetap aman dipakai di Indonesia,” yakin Ferry yang ramah itu.
Beban Maksimal
Khusus di ban Michelin dilengkapi stiker kuning. Sebagai petunjuk ukuran serta beban maksmal ban. Misalnya di ban matic atau bebek. Tidak hanya tertulis kode 49P, tapi juga dilengkapi dengan penjabarannya.
Arti 49P tertulis beban maksimal yang bisa ditanggung satu ban 185 kg. Kalau ban depan-belakang tinggal dikalikan 2. Jadinya 370 kg yang terdiri dari motor, rider, boncenger dan barang bawaan.
Speed Maksimum
Di stiker atau embos khusus pada ban Michelin juga terdapat kode kecepatan maksimal. Biasanya menyatu dengan kode beban maksimal. Misalnya kode 49P, bukan hanya beban maksimal 185 kg yang bisa ditanggung satu ban.
Kode 49P juga menyatakan kecepatan maksimal yang direkomendasi. Kecepatan maksimal 150 km/jam atau 93 MPH (Mile Per Hour). Kode ini, berbeda untuk tiap jenis motornya. Michelin bisa bikin untuk speed di atas 400 km/jam.
Menurut Ferry, terdapat beberapa poin penting yang langsung bisa dilihat di ban Michelin. Juga bisa dimengerti orang awam yang bisa dijadikan pelajaran. Beberapa kode umumnya juga sama dengan ban merek lain. Apa aja tuh?
Di setiap ban dilengkapi indikator maksimal pemakain ban. “Namanya tire wear indicator,” sebut Ferry. Masih menurut Ferry lagi, kalau ban lokal menggunakan tanda panah di dinding ban. Itu tidak bisa mewakili karena tidak langsung menyentuh aspal.
Berbeda dengan buatan Michelin. Tire wear indikator berupa tanda titik yang berada di kembangan ban. Menyentuh langsung ke aspal. Kalau tanda ini sudah terkikis, diharuskan ganti ban.
Kode kapan ban diproduksi sangat penting untuk pembeli. Karena semakin lama diam di toko, kompon ban akan mengeras dan berbahaya jika jalan licin. Khusus produksi Michelin terdapat di dinding ban dan diembos.
Misalnya seperti pada foto di atas. Terdapat kode 1911. Angka 1 menyatakan ban diproduksi pada minggu ke 1. Sedang kan 9 menyatakan bulan September dan 11 artinya tahun 2011.
Meski ban Michelin masih diproduksi di luar negeri, tapi tetap harus lulus standar Indonesia. Yaitu SNI (Standar Nasional Indonesia). Posisi itu sudah langsung diembos pada dinding ban.
Jadi, sudah layak dipakai di Indonesia. “Jangan takut walau didesain di Perancis dan diproduksi di Thailand, tetap aman dipakai di Indonesia,” yakin Ferry yang ramah itu.
Khusus di ban Michelin dilengkapi stiker kuning. Sebagai petunjuk ukuran serta beban maksmal ban. Misalnya di ban matic atau bebek. Tidak hanya tertulis kode 49P, tapi juga dilengkapi dengan penjabarannya.
Arti 49P tertulis beban maksimal yang bisa ditanggung satu ban 185 kg. Kalau ban depan-belakang tinggal dikalikan 2. Jadinya 370 kg yang terdiri dari motor, rider, boncenger dan barang bawaan.
Di stiker atau embos khusus pada ban Michelin juga terdapat kode kecepatan maksimal. Biasanya menyatu dengan kode beban maksimal. Misalnya kode 49P, bukan hanya beban maksimal 185 kg yang bisa ditanggung satu ban.
Kode 49P juga menyatakan kecepatan maksimal yang direkomendasi. Kecepatan maksimal 150 km/jam atau 93 MPH (Mile Per Hour). Kode ini, berbeda untuk tiap jenis motornya. Michelin bisa bikin untuk speed di atas 400 km/jam.
Di dinding ban Michelin juga terdapat tanda panah. Tanda panah menandakan arah ban ketika dipasang di motor. Harus mengarah ke depan. Di tanda panah juga tertulis Rear Wheel atau Front Wheel. Kalau Rear Wheel menyatakan untuk dipakai sebagai ban belakang. Sedangkan Front Wheel untuk ban depan.
Menurut Ferry, beberapa ban Michelin juga terdapat ban yang compatible. Artinya satu ban bisa dipakai untuk ban depan atau belakang. Sehingga lebih fleksibel.
Setiap ban dilengkapi tanda titik dengan cat atau pewarna lainnya. Fungsinya sebagai tanda posisi pentil. “Supaya tetap balance setelah digunakan,” jelas Pak Ferry yang berdomisi di Srabaya itu.
Khusus untuk ban Michelin, tanda titik warnanya kuning. Ketika pemasangan ban di pelek, usahakan posisinya lurus dengan pentil.
Posisi itu berdasarkan hasil balancing dari pabrikan. Meski dipengaruhi kondisi pelek, tapi dianggap paling mendekati.
Artinya ban ini termasuk ban tubeless. Namun dalam pemakaiannya boleh juga menggunakan ban dalam. Itu bagi yang masih menggunakan pelek jari-jari.
Menurut Pak Ferry, ban Michelin meskipun tubeless tapi memiliki bobot yang lebih ringan. Sehingga beban mesin lebih ringan, tidak bikin boros bahan bakar. Jadinya enggak bikin polutan tinggi. Sesuai semangat ramah lingkungan dan cinta bumi yang didengungkan para aktifis pecinta lingkungan hidup.
Di ban Michelin tertulis Designed In France. Menandakan bahwa ban Michelin didesain di Perancis. Makanya kembangan ban Michelin walaupun simpel tapi mengandung seni yang tinggi. Melibatkan seniman Eropa, bro.
Selain itu terdapat juga terdapat tulisan Made in Thailand. Menandakan bahwa ban Michelin untuk pasar Indonesia, diproduksi di Thailand. “Meski begitu, pihak Michelin tetap melakukan riset di Indonesia,” elak Ferry.
Kode E2, berarti tidak hanya berlaku untuk motor yang harus memenuhi standar EURO 2. Di ban juga harus diproduksi dengan mutu yang memenuhi standar E2. Makanya di ban sekelas Michelin harus mencantumkan kode ini.
Termasuk kode DOT yang merupakan standar dari Department of Transportation dari Amerika. Sudah lulus uji kelayakan pakai. Dari segi keselamatan dalam pemakainya karena didukung konstruksi ban yang sudah melalui tes. (motorplus-online.com)