Proses Menentukan Celah Aman Piston Dan Dinding Liner

billy - Senin, 12 September 2011 | 07:44 WIB

(billy - )

 

 
Selain untuk kompresi gas bakar di silinder, gerak naik-turun piston di dalam liner silinder harus tetap stabil atau konstan.
 
Baik saat mesin bergasing rendah, maupun saat dipacu di kecepatan tinggi yang mana suhu mesin meningkat drastis dan dapat mempengaruhi dimensi piston. Makanya jarak atau celah piston dengan dinding liner jadi penentu performa.

Kenapa harus mengacu kepada celah seher, menurut Alif Bowo Sarwono tukang bubut yang biasa tangani korter motor harian dan korek harian,  karena hal itu sangat berpengaruh kepada kemampuan dan kesempurnaan mesin.
 
Di mana bila celah piston dan liner terlalu sempit atau kebesaran, keduanya sama punya risiko.

Jika celahnya terlalu longgar, kompresi rawan bocor. Tekanan gas bakar di atas bisa turun ke ruang kruk as, atau malah sebaliknya oli ikut naik ke ruang bakar.

Beda halnya jika celah terlalu sempit. Rawan overheat, karena saat mesin mulai panas dan piston memuai, motor bisa mati mendadak atau jebol akibat piston mendadak terkunci di liner. “Istilah anak bengkel nyeket,” imbuh mekanik sekaligus pemilik bengkel Adi Djaya Tech.

Untuk hindari masalah itu tergantung kepiawaian tukang bubut. Terutama saat melakukan korter atau besarkan liner silinder bila piston mau ganti oversize ataupun bore up.
 
Sebab tukang bubut itu sendiri yang lebih tahu dan dapat menentukan celah yang dirasa paling aman.
 
“Menurut aturan, secara teknis celah piston di liner buat motor harian sekitar 0,02~0,03 mm. Ukuran itu lebih besar dari diameter piston oversize atau yang akan dimasukkan ke dalam liner. Tapi kalau buat balap, biasanya paling aman 0,04~0,05 mm,” ujar mekanik mangkal di Ruko Mutiara Jl. Tole Iskandar, No. 2, Depok II itu.

Cuma berhubung banyak bengkel bubut tidak memiliki alat ukur khusus untuk menentukan celah, mereka biasanya main filling.