OTOMOTIFNET - Bakal digelarnya kelas Super 1500 atau ada yang menyebut Super GT atau Max 1500, menimbulkan kegairahan baru di balap mobil turing Sirkuit Sentul. Apalagi kelas ini lebih bebas modifikasinya serta berafiliasi ke regulasi internasional.
Sayangnya, pihak promotor akan menggabungkan kelas lain jika pesertanya di bawah 10 mobil. Padahal GT Radial siap membiayai 3 pembalap Indonesia ikut di seri Malaysia dan Thailand.
AFILIASI INTERNASIONAL
Menurut Taqwa Suryo Swasono, chief engineer Garda Oto Racing Team, adanya kelas ini memberi semangat baru. Pasalnya, memungkinkan balapan diikuti berbagai merek mobil.
"Kan regulasi tekniknya, lebih leluasa melakukan modifikasi dibanding kelas GT Car. Di samping itu, kelas ini juga dilombakan di AFOS (Asian Festival Of Speed), sehingga ada jenjang ke internasional," ujar Taqwa.
Ini akan memberi pencerahan, karena lanjut Taqwa, kelas yang paling difavoritkan selama ini yakni GT Car cenderung dikuasai satu merek (All New Honda Jazz). "Di mana-mana, balapan akan seru jika diiikuti berbagai merek. Di sini, dituntut kemampuan pembalap dan engineer untuk membuat mobilnya menjadi paling andal. Kalau hanya diikuti 1 merek, apa bedanya dengan one make race?" tambah Taqwa.
Dengan demikian, apakah tim Garda Oto yang selama ini menjadi satu-satunya tim unggulan yang masih menggeber merek Toyota di ajang GT Car akan berpindah ke Super GT? "Kami masih menunggu regulasi pastinya dari IMI. Yang jelas, kami akan memilih di kelas yang lebih fair. Di samping itu, tim Garda Oto karena disupport Astra Group akan tetap mengandalkan Toyota Yaris," lanjutnya.
Menanggapi itu, Alvin Bahar mengaku tidak sependapat kalau kelas Super GT langsung akan menjadi kelas utama. "Saya kira perlu waktu, seperti halnya GT Car dulu. Makanya saya setuju kalau peserta kurang dari 10 mobil bisa digabung dengan kelas Super Touring atau one make race BMW," kata Alvin, adalan Honda Fastron Racing dan komisi balap mobil PP IMI.
Menurut Alvin, kelas GT Car akan tetap menarik meski hanya diikuti All New Honda Jazz. Kenyataannya, Jazz memang lebih cepat.
"Dulu waktu balapan hanya diikuti Honda Estilo juga tetap menarik. Mestinya, ATPM non-Honda membuat one make race (OMR) atau program khusus seperti halnya dulu ada OMR Suzuki Swift dan pogram Toyota Cup dengan memberi ECU dan suspensi kepada peserta. Tanpa keterlibatan dukungan ATPM itu, ya jangan iri kalau Honda Jazz melenggang sendirian," ungkap Alvin.
Di mata Haridarma Manoppo, di mata pembalap seru-seru saja kalau balapan hanya diikuti satu merek. "Tapi memang susah kalau peraturan balap standar, ya memang enggak bakal seimbang setiap merek. Dan, Honda Jazz sekarang paling kencang. Maka adanya kelas Super 1500 merupakan solusi terbaik yang perlu segera disosialisasi," ujar pembalap Ash Motorsport itu.
Namun di mata Chandra Alim, pembalap senior, balapan kurang menarik kalo hanya satu merek. "Makanya regulasinya harus disesuaikan sehingga merek lain bisa kompetitif. Regulasi kelas Super 1500 itu jawabannya," ujar andalan Honda Bandung Center itu.
KIRIM TIGA PEMBALAP
Pihak PT Gajah Tunggal Tbk selaku produsen ban GT Radial mengaku siap menyokong 3 pembalap ke ajang Super 1500/Super GT sesuai permintaan IMI. "Kalau itu untuk kemajuan balap dan syarat kelengkapan sebagai pemegang one make tire kelas Super GT, kami akan perjuangkan ke manajemen," kata Arijanto Notorahardjo, GM marketing PT Gajah Tunggal.
Selain itu, GT Radial telah mengajukan proposal dengan kesanggupan sejumlah uang kepada promotor/Sirkuit Sentul untuk bisa mendapatkan hak menjadi pemegang monopoli untuk kelas GT Car, Super GT dan Super Touring musim balap tahun ini. Juga sejumlah ban (tahun lalu dengan 120 ban untuk 6 seri) untuk operasional Sirkuit Sentul.
Mengenai hal itu, Lola Moenek selaku GM Sirkuit Sentul menyatakan bahwa uang sponsor itu dipakai untuk hadiah, racing committee, organizing committee hingga keamanan sirkuit. "Untuk tahun ini kalau GT Radial memenangi tender untuk 3 kelas, dipastikan setengah lebih dananya untuk hadiah. Mengingat, seperti kelas GT Car itu dibagi lagi menjadi Master, Promotion dan Rising Star serta 2 kelas lainnya," kata Lola.
Ditambah Lola, intinya pihaknya ingin win-win untuk semua. Terutama kepada pembalap. Makanya ia akan memperjuangkan dengan menaikkan jumlah hadiah untuk pembalap pada musim ini. Soal peserta Super 1500 kalau di bawah 10 akan digabung kelas lain, Lola berdalih kurang menarik dan bisa mengecewakan sponsor. "Kalau pesertanya sedikit, biasanya sponsor komplain karena kurang menarik," kata Lola.
Sementara itu Irawan Sucahyono, kadep olahraga PP IMI menyatakan bahwa pihaknya selaku regulator tetap mempertimbangkan masukan dari Sentul selaku satu-satunya sirkuit internasional di Indonesia.
"Siapa pun pemenangnya, sebaiknya yang memiliki program dan fasilitas terbaik. Tapi kalau satu merek akan lebih baik, karena lebih mudah mengaturnya," kata Irawan.
Penulis/Foto: Bud / Salim