Jakarta - Berita gembira bagi pemilik Yamaha V-Ixion. Adrian Hendrayana dari Speedsparks telah berhasil mengembangkan piggyback buat motor itu berlabel Speedsparks Dyno-Piggy.
Sebenarnya, ini masih rahasia.
Sebenarnya, ini masih rahasia.
“Secara general sudah rampung 95% dan sekarang tinggal uji ketahanan (durabilitas) serta menghapus debug dalam software,” jelasnya dari markas di daerah Bekasi.
Fitur Lebih Advance
Tak seperti piggyback aftermarket lain, seperti Power Commander (PC) dan Juice-Box (JB), piggyback buatan Adrian yang masih beta version ini punya beberapa kelebihan ketimbang produk buatan negeri Paman Sam tadi.
“PC dan JB hanya berfungsi mengatur debit bensin tetapi tidak bisa mengatur timing pengapian dan menggeser limiter rpm,” jelasnya.
“Kebetulan saja, saat riset menggunakan V-Ixion sendiri tetapi nantinya tak tertutup kemungkinan bisa diaplikasi ke bebek injeksi hingga Kawasaki KLX250,” tutur Adrian.
Hal ini bisa dilihat dari program mapping yang sempat dibuka lewat laptopnya. Baik debit bahan bakar yang disembur lewat nosel injektor, derajat timing pengapian hingga limiter bisa digeser sesuai kebutuhan. Bisa dilihat dari windows di monitor yang terdiri dari tabel dengan banyak variabel angka.
Meski perlu ilmu khusus untuk mengaplikasikan ke motor, toh cara pemasangan tak serepot yang dibayangkan. Cukup memperhatikan wiring diagram orisinal pabrik yang nantinya akan di-by-pass dengan wiring set dari Dyno-Piggy. “Semuanya akan disiapkan dalam manual book lengkap dengan wiring dan soket yang tinggal tancap,” urai Adrian.
Sedikit kerumitan paling banter terjadi pada saat proses setting program alias curve mapping yang ideal sesuai kebutuhan setiap pemilik motor. Ini lantaran software bawaan yang nanti di-instal ke komputer, operatornya harus familiar terlebih dulu.
“Kalau yang ini, di mana-mana berlaku sama alias kudu belajar mengoperasikan terlebih dulu hingga piawai,” ujarnya.
Namun tidak menutup kemungkinan Adrian akan memberikan tutorial eksklusif bagi setiap pemakai Dyno-Piggy, semisal ingin setting bahan bakar dan pengapian untuk V-Ixion berkapasitas standar, versi bored-up atau bahkan yang sudah mengaplikasi sistem forced induction (gas nitrous oxide atau turbocharger).
Sejauh ini, Yamaha V-Ixion yang sudah pasang Dyno-Piggy bisa tembus rpm limit hingga 11.000 rpm dengan injektor standar pabrik dan bisa mencapai 11.500 rpm setelah nosel ganti dengan injektor milik Dahiatsu Xenia. Makin enggak sabar saja menunggu produk masalnya!
Fitur Lebih Advance
Tak seperti piggyback aftermarket lain, seperti Power Commander (PC) dan Juice-Box (JB), piggyback buatan Adrian yang masih beta version ini punya beberapa kelebihan ketimbang produk buatan negeri Paman Sam tadi.
“PC dan JB hanya berfungsi mengatur debit bensin tetapi tidak bisa mengatur timing pengapian dan menggeser limiter rpm,” jelasnya.
Sedikit lebih advance, Dyno-Piggy memiliki program untuk mengatur ulang debit bensin ke injektor, mengatur ulang timing pengapian dan menggeser limiter rpm bawaan pabrik. Secara fungsi, spesifikasi dyno-piggy sudah punya fitur layaknya ECU stand alone. Namun lantaran pemasangan masih ‘gandeng’ ECU orisinal, makanya mirip piggyback. Istilah kerennya, piggybacking system.
Tinggal colok ke soket yang sudah tersedia (kiri). Piggybacking system, stand alone yang gandeng ECU standar (kanan)
Fitur yang lebih advance beberapa step tadi, memungkinkan setiap motor berpasokan injeksi mengembangkan potensi peak power hingga maksimal. Tinggal colok ke soket yang sudah tersedia (kiri). Piggybacking system, stand alone yang gandeng ECU standar (kanan)
“Kebetulan saja, saat riset menggunakan V-Ixion sendiri tetapi nantinya tak tertutup kemungkinan bisa diaplikasi ke bebek injeksi hingga Kawasaki KLX250,” tutur Adrian.
Hal ini bisa dilihat dari program mapping yang sempat dibuka lewat laptopnya. Baik debit bahan bakar yang disembur lewat nosel injektor, derajat timing pengapian hingga limiter bisa digeser sesuai kebutuhan. Bisa dilihat dari windows di monitor yang terdiri dari tabel dengan banyak variabel angka.
Meski perlu ilmu khusus untuk mengaplikasikan ke motor, toh cara pemasangan tak serepot yang dibayangkan. Cukup memperhatikan wiring diagram orisinal pabrik yang nantinya akan di-by-pass dengan wiring set dari Dyno-Piggy. “Semuanya akan disiapkan dalam manual book lengkap dengan wiring dan soket yang tinggal tancap,” urai Adrian.
Sedikit kerumitan paling banter terjadi pada saat proses setting program alias curve mapping yang ideal sesuai kebutuhan setiap pemilik motor. Ini lantaran software bawaan yang nanti di-instal ke komputer, operatornya harus familiar terlebih dulu.
“Kalau yang ini, di mana-mana berlaku sama alias kudu belajar mengoperasikan terlebih dulu hingga piawai,” ujarnya.
Namun tidak menutup kemungkinan Adrian akan memberikan tutorial eksklusif bagi setiap pemakai Dyno-Piggy, semisal ingin setting bahan bakar dan pengapian untuk V-Ixion berkapasitas standar, versi bored-up atau bahkan yang sudah mengaplikasi sistem forced induction (gas nitrous oxide atau turbocharger).
Sejauh ini, Yamaha V-Ixion yang sudah pasang Dyno-Piggy bisa tembus rpm limit hingga 11.000 rpm dengan injektor standar pabrik dan bisa mencapai 11.500 rpm setelah nosel ganti dengan injektor milik Dahiatsu Xenia. Makin enggak sabar saja menunggu produk masalnya!