Tinjau Dunia Modifikasi Mobil 2011, Oportunis & Tak Siap Kalah

billy - Senin, 2 Januari 2012 | 08:02 WIB

(billy - )

 
JAKARTA - Sepanjang tahun 2011, gelaran kontes baik modifikasi tampilan maupun car audio, kian berkembang seiring meningkatnya jumlah pemain baru serta karya yang dihasilkannya.

Kondisi ini cukup menggembirakan, lantaran sepanjang 2010, iklim kompetisi seolah masih belum menunjukkan geliat yang berarti. Hal ini ditunjukkan dengan beragam acara yang mengedepankan skill dalam berkreasi, yang sarat dengan inovasi terbaru seiring laju perkembangan teknologi dewasa ini.

Namun ada catatan penting yang dapat diambil dari rangkaian event bertajuk kontes modifikasi sepanjang 2011 ini. Yaitu semangat oportunis dan mental pecundang, sarat mewarnai di berbagai kompetisi.

Indikasinya tercermin dari beberapa acara kontes modifikasi, yang kerap berujung pada ketidakpuasan dari sebagian kontestannya. Padahal idealnya, menang atau kalah dalam sebuah pertandingan adalah hal yang sangat wajar.

Sekadar mengejar popularitas? Kami rasa bukan alasan kuat untuk mencari kambing hitam dari sebuah acara kontes. Sebab mereka yang protes dengan hasil penilaian dewan juri, tak lain adalah para pemain profesional yang umumnya di-back-up oleh sosok modifikator kawakan.

Jadi tidak ada alasan untuk ngotot demi meraih kemenangan, karena dilandasi keinginan untuk mengejar popularitas semata. Hal ini justru akan berubah menjadi pisau bermata dua, yang dapat merusak citra para modifikator profesional termasuk koleganya, di mata pemerhati dan penikmat dunia modifikasi Tanah Air dan mancanegara yang menyaksikannya.

Memang kondisi seperti ini tak bisa disalahkan, lantaran iklim kompetisi beberapa tahun belakangan memang kurang bergairah, yang tak disadari menjadikan mental para pemainnya drop akibat jam terbang mereka mulai menurun. Alhasil, beragam protes dan kericuhan kerap mewarnai ajang kompetisi di sepanjang tahun 2011 ini.

Kontes Modifikasi
Entah karena iming-iming hadiah yang ditawarkan oleh penyelenggara, atau memang sudah menjadi kebiasaan dari kebanyakan peserta, kontes modifikasi kerap dijadikan ajang meluapkan kekesalan oleh kontestan yang bermental pecundang. 

Salah satu contoh yang terjadi di acara Jazz Tuning Contest (JTC) 2011, yang merupakan event tahunan milik PT Honda Prospect Motor, agen pemegang merek mobil Honda di Tanah Air.

Mental pecundang terlihat dari salah satu pemenang runner-up pada kontes tersebut, lantaran menganggap kreasi di mobilnya lebih baik ketimbang milik kontestan yang berhasil keluar sebagai The King.  

Adapula yang melakukan aksi boikot setelah mendengar hasil akhir yang diumumkan tim juri. Contohnya pada acara Accelera Auto Contest (AAC) Final Battle 2011 lalu, yang menyisakan dua nominator di kelas King Extreme sebagai kategori pamungkas.

Dua dari beberapa komunitas otomotif yang turun berlaga, menyangsikan keputusan para juri atas hasil yang diberikan kepada The Champion of Extreme.

Bahkan diperparah lagi dengan isu yang disinyalir sengaja diembuskan pihak yang merasa dikalahkan, bahwa keputusan juri dalam meloloskan kontestan yang berhak sebagai The King Extreme diwarnai aksi suap. 'Wani Piro?' Begitu lah isu yang santer beredar di kalangan peserta AAC Final Battle 2011.

Namun tak semua event kontes modifikasi diwarnai kericuhan. Seperti pada putaran final Yaris Show Off (YSO) 2011, yang menghasilkan karya terbaik putra bangsa yang berbekal semangat oportunis tinggi. Sebab The King YSO Final Battle 2011 yang berasal dari Bali, berhasil meraih kesuksesan berkat turun di kontes regional Surabaya, Jatim.

Kontes Audio
Banyak acara car audio contest yang terselenggara sepanjang tahun 2011 ini. Mulai event di bawah naungan EMMA (European Mobile Media Association) Indonesia, acara yang di-support oleh IASCA (International Auto Sound Challenge Association) Indonesia, kemudian kontes yang menjadi partisipan di acara modifikasi nasional serta gelaran yang disponsori produk audio ternama seperti Sony special class dan JBL MS-8 Easy Tuning Contest.

Satu pelajaran berarti yang dapat diambil dari rangkaian acara kontes audio tadi. Yaitu kemunculan para pemain baru (rookie) yang mampu bersaing dengan kontestan yang sudah piawai di bidangnya.

Tahun ini boleh dikatakan tidak lagi didominasi para instalatur atau pemain lama. Sebab peserta yang sebelumnya kurang diperhitungkan, justru meroket di beberapa kategori umum.

Pembuktiannya di kontes SQ Accelera Auto Contest Final Battle di Jakarta beberapa waktu lalu. Kelas SQ 15 juta Open dan SQ 30 juta, juara pertama berhasil disabet kontestan asal kota Malang, Jatim, yang sebelumnya tidak dianggap oleh rival-rival di kelasnya. Bahkan di kategori SQ 60 juta, podium 1 dan 2 berhasil diduduki Wandik dari Beta Audio Malang.

Sebaliknya, hasil setting-an dari instalatur kawakan sekali pun, tak melulu menghasilkan kemenangan. Seperti dialami Ko Ex, yang merupakan salah satu pemain audio kawakan Tanah Air. Sedikitnya Ia menurunkan 9 mobil kontes di acara JBL MS-8 Easy Tuning Contest sesi 2, namun tak satu pun yang berhasil naik podium. Tahun 2011 memang banyak kejutan. (mobil.otomotifnet.com)