Fungsinya, selain membuat aliran udara jadi lebih baik, downforce di mobil juga jadi lebih baik. Meski regulasinya sudah jelas, yaitu setiap mobil tidak diperbolehkan memanfaatkan gas buang dari kendaraan bagiamanapun caranya untuk mengalihkan udara. Namun beberapa tim masih mengkhawatirkan ada yang masih memanfaatkan celah pada regulasi tersebut.
“FIA sudah mengatur dengan sangat jelas apa saja yang bisa dilakukan dan mana yang tidak bisa dilakukan pada komponen knalpot. Mereka tidak ingin melihat ada saluran-saluran yang tidak jelas dan memiliki fungsi mengalirkan udara ke sebuah tempat yang akan berpengaruh pada sistem aerodinamika pada mobil. Selain itu ada beberapa bahan komponen bodi yang regulasi juga diperketat FIA,” jelas Newey, direktur teknis tim Red Bull.
“Meski banyak orang yang sepakat dan puas dengan regulasi tersebut, namun tetap saja ada celah untuk mengakali hal tersebut. Dari sisi regulasi mereka tidak akan melanggar, tapi ini akan jadi objek perdebatan lagi yang akhirnya memunculkan interpretasi,” imbuh Newey.
Pandangan sama juga dituturkan James Ellison, sang direktur teknis tim Lotus F1 (dulu Renault GP). Ellison menganggap bahwa regulasi hanya menentukan seberapa besar efek tekanan gas buang, sambungannya dari mana, dan sudut kemiringan sambungannya seperti apa. Namun asumsi untuk membuat sistem peningkatan downforce selalu ada, dengan variabel geometrik tersendiri.
Sebagai tim yang melakukan perubahan besar pada mobilnya, tim Ferrari merasa bahwa kekhawatiran tim-tim lain pada konfigurasi knalpot tersebut, sepertinya menyinggung Ferrari. “Kami melakukan pembicaraan yang rutin dengan FIA, dan kami tahu mana saja hal yang dibolehkan dan dilarang. Saya percaya bahwa apa yang kami lakukan, adalah legal,” sergah Nicolas Tombazis, kepala desainer tim Ferrari.
Belum ada keterangan lanjut tentang desain knalpot yang dimiliki Ferrari sejauh ini. Kita tunggu perkebangannya seperti apa. (otosport.co.id)