“Saya memutuskan untuk memimpin balapan lebih awal dan menjauh dari rombongan yang berada di belakang. Namun dipertengahan balap saya seperti kehilangan grip, makanya saya memutuskan agar memperlambat motor untuk menurunkan temperatur ban. Tapi ketika memutuskan untuk mempertahankan posisi kedua, saya merasa kehilangan grip ban lebih banyak dan nyaris jatuh,” kilah Stoner.
Stoner melanjutkan bahwa Jorge Lorenzo memang sangat kuat di akhir balapan dan pantas meraih podium kedua. “Lorenzo memang sangat kuat di tikungan terakhir dan saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi,” pasrah Stoner.
Jika melihat perbandingan 5 pembalap terdepan, sepertinya strategi penggunaan ban selama balapan serta gaya mengendara paling berpengaruh di MotoGP Jerman. Kondisi sirkuit yang berkisar 21-29 derajat dengan permukaan abrasif, secara otomatis membuat ban harus bekerja keras saat dipacu dengan ekstrim. Nah Stoner lah yang terlihat sangat menyiksa bannya.
Ia beberapa kali terlihat memaksa ban untuk sliding agar bisa lebih cepat di tikungan. Belum lagi gaya balap defensifnya yang terlalu liar agar tidak disalip oleh Lorenzo, membuat ban motor Stoner mempunyai temperatur yang sangat tinggi. (otosport.co.id)