OTOMOTIFNET - Salah satu ‘bekal’ buat perjalanan mudik yang sering dianggap sepele adalah kondisi ban mobil Anda. Padahal komponen berbalut karet hitam ini jadi salah satu penentu keselamatan selama di perjalanan.
“Sejauh ini kami mencatat kalau tak hanya mobil tahun keluaran lama yang punya masalah dengan bannya, mobil tahun produksi baru juga ada,” buka Ign. Dwi Triono, dept. head technical service PT Gajah Tunggal Tbk.
| Indikator ketebalan tapak ban tak boleh sejajar apalagi melewati garis petunjuk yang melintang di antara alur ban |
Petunjuk tekanan angin ban di bodi mobil jangan sekali-kali diabaikan | Cuci mobil jadi sarana cek ban yang paling mudah. Amati cermat semua tapak ban sebelum pergi mudik |
Kurang Angin
Sejurus kemudian pria yang ditemui saat klinik kondisi ban di ruas tol Ciawi Jabar beberapa waktu silam itu menyebut kalau potensi pecah ban masih tetap mengintai. Lagi-lagi, itu tak didominasi mobil tahun produksi lawas. “Yang paling sederhana, ban kurang angin,” sebut pria yang berkantor di kawasan Industri Tangerang Banten itu.
Kelihatannya hal yang enteng saja. Padahal berawal dari kurangnya tekanan angin, berbagai kemungkinan terjadinya kecelakaan jadi lebih besar muncul. Permukaan ban yang lebih lebar menyentuh aspal bisa timbulkan panas berlebih pada ruang dalam ban.
Jika benang kawat tak lagi kuat menahan panas dan gesekan ban akibat tekanan beban muatan mobil tak pernah bisa ditebak pula kapan dinding ban akan pecah. Dan ini bisa terjadi saat mobil melaju di bawah 80 km/jam sekalipun.
Secara umum, menurut petunjuk APBI (Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia) untuk mobil jenis sedan tekanan angin minimal ban sebesar 26 psi (depan dan belakang). Maksimalnya, 34 psi. Buat minibus maupun MPV, angka minimal 26 psi dan maksimal 36 psi. Nah, jip maupun SUV, ada diangka 26 psi dan 34 psi.
Selain itu, Anda jangan pernah lagi anggap kalau melintasi jalan tol maupun ruas jalan lain membuat tekanan otomatis naik akibat panas gesekan dengan permukaan ban. Orang sering tak sadar, kalau kurang angin maka gerakan ban rentan bikin dinding ban lebih mudah terayun.
Begitu sebaliknya, jika terlalu keras maka dinding ban akan mudah fatigue alias tak lagi lentur. Kedua kondisi itu makin berbahaya jika mobil bermuatan penuh.
Ban Gundul
“Selain itu jangan anggap remeh juga kalau permukaan ban sudah ada yang gundul, gejala selip juga gampang timbul,” tegas Dwi. Pria ramah ini kasih tahu kalau tak boleh anggap bahwa ban gundul kalau dipakai melaju perlahan tak begitu membahayakan.
“Hilang kendali atau kontrol mobil kan tak selalu ketika mobil melaju cepat,” tegasnya. Artinya bisa saja mobil slip karena hilang daya cengkeram ban saat laju maksimal 40 km/jam. Makin dahsyat potensi slipnya jika trek basah akibat hujan.
Hal itu harus lebih diwaspadai karena idiom ‘ban gundul’ ternyata tak selalu setelah alur ban memang benar-benar gundul. Dwi beri petunjuk, setiap ban sebenarnya punya indikator keausan tapak. (baca: hal 37)
Cek Lewat Cuci Mobil
Boleh jadi Anda tak sering sadar kalau saat mencuci mobil bisa juga jadi masa untuk cek kondisi ban. Kondisi ban yang bersih membuat permukaan tapak ban lebih bersih dan kesat. Nyaris tak ada yang tak bisa dicek secara visual. Jika ditemui ada permukaan tapak ban yang benjol, jangan paksa dipakai terus.
Tinggal tunggu waktu untuk meletus. Soalnya kawat anyaman di bawah tapak ban ada yang sudah putus. Celakanya kawat yang putus itu bergerak secara berantai. Saat ditemukan di sisi sebelah kanan, misalnya, gerakan putus kawat itu sudah berjalan ke arah kiri maupun lainnya.
Oya, jangan sekali-kali pakai ban dan corak tapak berbeda dalam satu mobil. Kondisi darurat sekalipun, ban yang satu as sama harus sama ya.
Penulis/Foto: eRIE / Salim, F.Yosi