Rio Harus Belajar Optimis Dari Pembalap Jepang

DAB - Kamis, 18 Februari 2016 | 23:44 WIB

(DAB - )

Rio Haryanto sudah resmi menjadi pembalap Manor Racing F1 untuk musim 2016. Hal ini disampaikan dalam konfrensi pers di gedung pertamina pusat, Jakarta (18/2). 

Empat tahun ikut serta dalam ajang GP2, 2015 menjadi musim terbaik bagi Rio. Ia mengamankan peringkat empat klasemen dan mengantongi lima podium dengan tiga kemenangan di dalamnya. Bisa dikatakan, ia menjadi jebolan pembalap asia terbaik dalam 10 tahun terakhir yang akan berlaga di F1.

Namun, dari Asia Tenggara Rio bukanlah yang pertama. Sebab Alex Yoong dari Malaysia sudah lebih dulu ikut serta di F1 musim 2001 dan 2002. Prestasinya memang tidak begitu bagus, selama dua musim ia tidak pernah meraih poin sama sekali.

Setelahnya ada banyak  nama pembalap asal Jepang, Kazuki Nakajima salah satunya. Ia berlaga di F1 pada musim 2007-2009 dan juga alumni dari GP2 musim 2007 dengan menempati peringkat enam di klasemen akhir. Di tahun yang sama, ia juga menimba ilmu di F1 dengan mengikuti lima seri.

Rio akan menjadi satu-satunya pembalap dari asia di F1 2016

BELAJAR DARI JEPANG

Kenapa belajar dari Jepang? Sebab, dalam 30 tahun terakhir pembalap asia yang berlaga di F1 kebanyakan berasal dari Negeri Matahari Terbit tersebut. Di musim  2015 memang tidak ada pembalap asia yang meramaikan F1, namun Kamui Kobayashi jadi satu-satunya pembalap asia dari Jepang di musim 2014.

Berlaga di musim 2009-2014, perolehan terbaik Kobayashi adalah peringkat 12 dengan mengumpulkan 60 poin di klasemen akhir F1 2013. Selain Kobayashi ada lagi deretan nama-nama pembalap Jepang seperti Sakon Yamamoto, Kazuki Nakajima, Takuma Sato, dan Yuji Ide.

Cukup lama Asia tidak menyumbangkan pembalap F1 yang kebanyakan berasal dari Jepang. Musim 1976 Noritaki Takahara, Masami Kuwashima, Masahiro Asemi, dan Kazuyoshi Hoshino mejadi deretan pembalap Asia terakhir sebelum Asia harus puasa selama 11 musim mengirimkan wakilnya ke F1. Di 1987, Satoru Nakajima mengakhiri puasa tersebut dan menjadi pembalap Asia pertama di era 80-an.

Pemegang lima gelar juara Japanese Top Formula Championship ini ikut serta selama lima musim di F1 pada 1987-1991. Selama lima musim, pembalap kelahiran 23 Februari 1952 ini tidak pernah mengoleksi podium dan prestasi terbaiknya adalah peringkat 12 klasemen sementara musim 1997 kala ia membesut pabrikan negaranya, Honda.

Era Nakajima bak menyalakan api semangat, di tahun-tahun berikutnya Jepang tak pernah absen untuk menyumbangkan bakat muda di F1. Era 1988-1995 jadi milik Aguri Suzuki, ia menjadi pembalap asia terlama yang ikut lomba. Namun lamanya ia di F1 tidak selaras dengan prestasi yang didapat pria kelahiran Tokyo ini.

PABRIKAN BERPENGALAMAN

Bukan hanya pembalapnya yang banyak disumbangkan dari Jepang, namun pabrikannya pun turut ikut serta. Honda dan Toyota menjadi pabrikan asal Jepang yang cukup terbilang sukses. Di musim 2005 dan 2006 khususnya, kedua pabrikan ini berhasil menempatkan diri di enam besar.

Di musim 2005 dengan dua pembalapnya, Jarno Trulli dan Ralf Schumacher berhasil membawa Toyota ke peringkat empat klasemen pabrikan dengan mengumpulkan 88 poin. Bahkan dalam semusim,kedua pembalap ini berhasil mengumpulkan enam podium bagi pabrikan yang bermarkas di Toyota City, prefektur Aichi ini.

Demikian dengan Honda, di 2006 Honda berhasil menempatkan diri di peringkat empat klasemen akhir pabrikan. Dengan kedua pembalapnya, Rubens Barrichello dan Jenson Button berhasil kumpulkan 86 poin bagi Honda.

Di musim 2015, Honda menjadi penyuplai mesin bagi McLaren. Button pun masih didaulat sebagai joki dan Fernando Alonso sebagai rekan setim. Namun, Honda kini susah payah untuk bersaing di baris depan.

Kedua pembalapnya tersebut tak mampu bersaing di baris depan. Bahkan saat laga di Sirkuit Suzuka yang menjadi lokasi dimana Honda menjajal mesin, keduanya tak mampu menembus 10 besar. (otomotifnet.com)