Hasil Lengkap Test Ride Yamaha Aerox 125LC, Gaya Sporti Riding Position Sigap

Parwata - Selasa, 3 Mei 2016 | 13:17 WIB

Test Ride Yamaha AEROX 125LC (Parwata - )

 

Jakarta - Dalam peluncurannya Januari 2016 lalu, Dyonosius Beti, selaku COO PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) menuturkan bahwa Yamaha Aerox 125LC adalah totally new product dari Yamaha yang bermain di segmen blue ocean. Meski masih 125 cc, gaya sporti khas motor balap jadi nafas sekaligus pembedanya. Pantas jika launching-nya dilakukan di Sirkuit Sentul dan pastinya penasaran, gimana rasanya jika motor yang dijual Rp 18,2 on the road Jakarta ini diajak jalan harian. Yuk gas!

Salim
Test Ride Yamaha AEROX 125LC
 

DESAIN
Bentuknya nyeleneh, mungkin cuma karena belum biasa. Nyatanya di Eropa, Aerox yang sudah dirilis sejak 1997 sangat diterima. Tampangnya biasa terlihat sebagai paddock bike pembalap dunia termasuk MotoGP. Di Indonesia memang sedikit berbeda, karena basisnya diambil dari Xeon RC, maka kaki-kakinya pakai ring 14 inci bukan 12 inci.

Bak motor sport dengan fairing, bagian depannya tampak lebar dan meruncing di belakang. Sayangnya bodi samping mirip sayap sering mentok tulang kering saat menaikkan atau menurunkan kaki.

Desain khas motor sport juga diadopsi pada bentuk sepatbor depan, pelindung sokbreker depan hingga desain sein yang comot desain lampu belok Yamaha V-Ixion. Joknya punya desain pelapis beda warna, seolah mirip single seat. Mirip Yamaha V-Ixion, behel belakang sembunyi di bodi bagian bawah.

Salim
Test Ride Yamaha AEROX 125LC
 

FITUR DAN TEKNOLOGI
Headlamp split dengan 3 LED, 2 untuk lampu dekat berdaya 6,5 watt dan 1 lampu jauh (yang tengah) 9,7 watt. Sedang yang lain masih pakai bohlam. Sedang spidometernya, persis Yamaha X-Ride cuma beda warna dasar indikatornya. Isinya sederhana hanya spidometer, odometer, fuelmeter dan indikator lampu sein, lampu jauh dan engine check.

Pindah ke bawah setang ada rumah kunci three in one, bisa kunci setang, kontak on, dan buat buka jok. Rumah kunci ini dilindungi pengaman bermagnet. Fitur lainnya ada side stand switch dan smart brake lock.

Bagasi di bawah joknya 12,8 liter cukup lega, tapi tidak semua helm open face bisa masuk. Hanya yang memiliki cangkang kecil dan tanpa pet yang bisa disimpan. Sedang konsol penyimpanan di bawah setang kecil banget.

Mesinnya sama dengan Yamaha GT125 Eagle Eye dan Xeon 125RC. 125 cc sudah injeksi dengan pendingin radiator. Tenanganya sekitar 11,2 dk pada 9.000 rpm. Meski belum Blue Core tapi aplikasi teknologi low friction sudah hadir pada mesin ini.

Seperti pada roller rocker arm, DiASil Cylinder dan Forged Piston. Juga ada fuel pump tipe brushless yang mampu bekerja dengan arus listrik yang lebih kecil.

RIDING POSITION & HANDLING
Yang membuatnya berbeda adalah setang telanjang atau naked handlebar yang persis dengan X-Ride. Panjangnya 745 mm dan punya radius belok 47,5°, tentu saja ini berpengaruh kepada handling.

Benar, ketika mencoba meliuk di tikungan, rasanya lebih pede. Tangan dipaksa membuka jadi lebih sigap. Tapi jadi was-was saat menerjang kemacetan. Khawatir setang menyenggol spion mobil hehe..

Tinggi jok 760 mm membuat tester berpostur 168 cm masih bisa leluasa menapakan kaki ke tanah. Suspensinya, saat menikung memang stabil, tapi agak keras. Untung joknya tebal dan empuk banget, pinggang enggak gampang pegal meski jalan jauh dan macet-macetan.

Kaki-kakinya mengusung pelek lebar 2.50x14 inci dengan ban 110/70-14. Yang depan cungkring karena cuma pakai pelek lebar 1.40x14 dengan ban 70/90-14. Karet bundar belakang traksinya cukup baik, sayang yang depan terasa melayang saat berakselerasi, terlebih jika ada beban pembonceng.

Salim
Test Ride Yamaha AEROX 125LC
Test Ride Yamaha AEROX 125LC

PERFORMA & KONSUMSI BENSIN
Saat menghidupkan mesin, suaranya halus dan minim getaran. Mesinnya mampu menghasilkan tenaga maksimum 11,3 dk di 9.000 rpm dan ditopang torsi maksimum 10,4 Nm pada 6.500 rpm.

Ketika dibuka gasnya, terasa responsif. Terutama diputaran tengah, dari kecepatan 20 km/jam sudah terasa nendang. Tapi di atas 80 km/jam, cukup lama mencapai 100 km/jam. Karakternya pas untuk gesit stop and go di jalanan Ibu Kota.

Ketika mencoba mengukur data akselerasi menggunakan Racelogic, menempuh 0-60 km/jam hanya 6 detik, oke juga! Data lainnya lihat tabel ya! Satu lagi yang menarik adalah deviasi spidometernya kecil sekali. Saat top speed spidometer menunjukan 105 km/jam, dengan Racelogic yang berbasis GPS dapat 103 km/jam.

Sedang konsumsi bensinnya, tembus 41,1 km/liter. Pengesan dilakukan tester dengan bobot 60 kg dan bahan bakar beroktan 92. Rutenya siang-malam dari macet hingga gas pol saat kondisi jalan lengang. Masih oke lah!

Data Tes
0-60 km/jam: 6 detik    
0-80 km/jam: 11,4 detik
0-100 km/jam: 25,7 detik  
0-100 m: 8,2 detik   
0-201 m: 12,9 detik   
0-402 m: 20,9 detik   
Top speed spidometer: 105 km/jam
Top speed racelogic: 103 km/jam
Konsumsi bahan bakar: 41,1 km/liter

Data Spesifikasi
Tipe Rangka: Underbone
Ban Depan: 70/90-14M/C 34P
Ban Belakang: 100/70-14M/C 51P
Rem Depan: Disc brake
Rem Belakang: Drum brake
Tipe Mesin: Liquid cooled, 4-stroke, SOHC
Diameter X Langkah: 52,4 x 57,9 mm
Perbandingan Kompresi: 10,9 : 1
Daya Maksimum: 11,2 hp/9000rpm
Torsi Maksimum: 10.4Nm/6500rpm
Sistem Starter: Elektrik & kick starter
Sistem Pelumasan: Basah
Kapasitas Oli Mesin: 0,90 L
Sistem Bahan Bakar: Fuel Injection
Tipe Kopling: Kering, sentrifugal
Sistem Pengapian: TCI
Tipe Busi: NGK/CR7E
P X L X T: 1857mm X 742mm X 1070mm
Jarak Sumbu Roda: 1265mm
Jarak Terendah ke Tanah: 135mm
Tinggi Tempat Duduk: 760mm
Berat Isi: 102 kg
Kapasitas Tangki Bensin: 3,8L