Bisa dikatakan, hal ini mengingatkan betapa menyenangkannya sebuah city car mungil untuk dikemudikan.
Yang juga membantu adalah HSA yang otomatis menahan rem selama dua detik ketika sedang berada di tanjakan. Bahkan setelah lewat itu, CVT juga tetap menahan laju sehingga mobil tidak gelinding ke belakang ketika pedal rem terus dilepas.
Performa
Bila ada yang penasaran, ya, dulu Spark memang menggunakan mesin 1.200 cc.
Namun setelah Aveo diskontinyu di Indonesia, kini dengan mesin Ecotec 1.399 cc-nya, tenaga yang disemburkan naik 15 dk dan untuk mobil mungil dengan bobot kosong di bawah 1 ton? Itu angka yang sangat banyak.
Respon awal termasuk agresif ketika menginjak throttle secara halus, bahkan dengan transmisi tanpa rasio giginya.
Kami tak heran mengapa pihak GMI tak ragu memilih rute tanjak-menanjak dalam sesi test drive kali ini, lantaran mesin yang biasa dipakai di kelas seperti Suzuki Swift, Ford Fiesta, Hyundai i20 dan Kia Rio ini digunakan di dimensi yang jauh lebih kecil.
Tentu efeknya Spark sama sekali tidak terasa underpower, setiap tanjakan hingga yang curam sekalipun dapat dilewati tanpa masalah sama sekali, meski memang tenaganya juga tidak terasa masif.
Aux gear pada CVT-nya bahkan memberi rasa perpindahan gigi ala transmisi torque conveter, dengan menurunkan putaran mesin setelah menyentuh hampir 3.000 rpm atau menaikkan drastis ala downshift bila menginjak pedal gas lebih dalam.
Hanya saja, karakter sabuk baja paling khas yang akan membuat mesin berteriak kencang saat di-kickdown tetap hadir.
Seperti biasa, keterbatasan lokasi pengujian membuat kami tidak bisa mengetahui performa lengkapnya. Untuk itu, tunggu artikel test drive-nya ya.
Fitur
Hingga kini, Spark jadi satu-satunya mobil di bawah Rp 300 juta yang sudah mengusung head unit dengan Apple CarPlay dan Android Auto, dijamin akan jadi fitur paling atraktif untuk smartphone lovers.
Yang satu-satunya lagi, adalah tombol voice command di setir, meski hanya bisa berfungsi setelah terkoneksi untuk menghubungkan Siri atau Google Assistant.
Membuat kami takjub adalah bagaimana head unit MyLink 7 inci dapat mengatur berbagai sistem mobil via layar sentuhnya itu. Mau nyalakan wiper belakang ketika masuk gigi mundur saat wiper depan aktif?
Bisa.
Pilih pintu driver atau semua pintu yang terkunci saat tekan tombol lock dari remote? Bisa.
Mau ubah berapa lama lampu tetap menyala setelah keluar dari mobil? Ada 4 pilihan berbeda!
Kemudian, masih ada passeger seat belt indicator yang terletak di overhead console dan bunyi indikator jika penumpang depan tidak mengenakan sabuk pengaman.
Electronic Stability Control dan Hill Start Assist juga berarti hanya Spark dan Iriz yang memiliki fitur keselamatan canggih ini, menambahkan fungsionalitas ABS dan EBD yang diusungnya.
Sedangkan jadi poin plus, adalah lampu depan dengan proyektor meski masih halogen, DRL LED, defogger, wiper belakang, heater dengan pengontrol ventilasi AC ke bagian bawah mobil, hingga MID yang cukup lengkap termasuk umur penggantian oli.
Tentu tak semua sempurna.
Dibanding Mirage dan Ignis, Spark tidak kedapatan passive keyless entry dan tombol start/stop engine, alih-alih masih menggunakan flip key.
Tak ada sensor parkir sama sekali di belakang, spion juga masih harus dilipat manual dan tak ada sen di cover-nya atau di fender.
Namun dengan setiap fitur di atas, mesin 1.4L dan harga masih di bawah Rp 200 juta, apa sih yang anda ekspektasikan?