Jakarta-Ban akan jadi salah satu fokus dalam soal keselamatan dan kenyamanan saat berkendara jauh.
Apalagi bagi Anda yang melintasi sejumlah jalur tol serta jalur alternatif di ruas Pantura.
Mulai sekarang perkirakan jumlah penumpang yang dibawa sampai bobot tambahan dari koper atau tas oleh-oleh.
Hal-hal tersebut butuh antisipasi khusus.
Paling awal, kalau misalkan sekarang pakai pelek ekstra-besar, jauh melebihi ukuran standarnya.
Usahakan balik dulu ke standar deh.
Spesifikasinya pasti tertera kok, biasanya tertempel pada stiker di pilar A, di balik pintu.
Atau justru yang roda aslinya terlalu kecil dan ingin naik spesifikasi dengan pelek bawaan.
Bisa cari ban yang tapaknya sedikit lebih lebar.
Misalnya ukuran aslinya 185/70R14, setidaknya cukup ganti di angka 195 atau 205.
Semakin lebar permukaan ban yang menapak, akan membuat mesin butuh tenaga lebih untuk memutarnya, yang menyebabkan konsumsi BBM akan lebih banyak lagi.
Terus, apa saja sih yang mesti diperiksa? Berikut urutannya.
Kondisi Ban
Paling mudah melihat tanda TWI (Tread Wear Indicator), yang biasanya terdapat di dinding ban.
TWI merupakan indikator ambang batas pemakaian ban, yang dibuat oleh setiap pabrikan dengan ketebalan 1,6 mm dari permukaan dasar tapak ban.
Biasanya berbentuk segitiga di sudut sidewall dekat ujung kembang ban.
Tanda segitiga tersebut kalau diikuti akan mengarah kepada tapak ban, ditandai adanya garis tebal yang melintang di antara tapak ban.
Kalau tapak ban sudah mendekati tanda ini artinya ban sudah mulai gundul.
Bila mendapati tapak ban habisnya tidak merata, misal hanya bagian dalam atau sebaliknya anjurkan untuk mendatangi toko ban sebelum jalan jauh, lalu cek wheel alignment-nya (camber, caster, toe-in & out).
Bila ban habis bagian dalam, mungkin setelan camber terlalu minus, begitupun sebaliknya jika habis bagian luar saja, biasanya karena camber plus.
Perhatikan juga apabila ada benjolan pada ban, bisa di bagian tapak, ada juga yang di dinding ban.
Benjol biasanya terjadi akibat melindas lubang yang terlalu dalam.
Hasilnya, kawat baja yang jadi struktur ban putus dan mengakibatkan karet terlihat benjol.
Saat mengalami, karena tidak bisa diperbaiki, ada baiknya ban diganti baru.
Ban Serep
Setiap mobil pasti dilengkapi dengan ban cadangan.
Memang, beberapa mobil hanya punya ban serep space saver yang ukurannya jauh lebih mungil.
Ban jenis ini hanya bisa dipakai untuk darurat alias jarak tempuhnya tidak lebih dari 80 km.
Setelah ketemu bengkel terdekat, wajib servis ban yang kempis.
Lokasi ban serep pun beragam, contoh saja ban serep Toyota Kijang Innova dan Fortuner, terletak di bawah bagasi yang harus diturunkan menggunakan alat yang sudah disediakan.
Alat tersebut sudah tersedia di dalam tool kit bawaan. Ada yang penempatannya terpasang pada pintu belakang, seperti Mitsubishi Pajero tahun 1993-1996 atau Isuzu Panther Grand Touring tahun 2011.
Ada lagi yang penempatannya enggak lazim, seperti Toyota Nav1. Ban cadangan terdapat di bawah kabin penumpang depan.
Menurunkannya dengan cara memutar baut, ban serep akan turun dengan sendirinya.
Sama halnya dengan Nissan Serena, namun Serena terletak di bawah bangku baris kedua.
Cara membukanya, menggunakan kunci roda untuk melonggarkan mur pengait ban cadangan, lalu kendurkan dengan ujung kunci hingga ban serep dapat turun. Setelah itu lepas kaitan.
Oh iya, untuk ban cadangan full size, pastikan juga kondisinya masih layak pakai. Sebelum berangkat, lihat apakah tidak ada kebocoran dan tekanan angin bisa dibuat lebih tinggi sekitar 2 psi dari standarnya.
Usia Ban
Jika baru ingin membeli, tahun produksi patut diperhatikan juga.
Bagaimana cara melihatnya?
Pada dinding terdapat angka, misalnya 1915 yang berarti diproduksi minggu ke-19 tahun 2015.
Nah, usahakan cari ban yang jadwal produksinya tidak lebih dari 3 tahun.
Itu untuk yang ingin beli ban baru ya. Beda lagi kalau ban yang terpasang sudah berusia lebih dari 3 tahun, tapi kembangannya masih bagus.
Masih bisa dipakai, dengan catatan ban tersebut harus jalan, jangan didiamkan.
Beda halnya dengan ban yang usianya sudah melebihi, tapi enggak dipakai atau terjemur.
Ada resiko ban mengalami retak rambut. Kalau sudah begitu, diharapkan beli ban baru.
Tekanan Angin
Saat melakukan perjalanan jauh, kekurangan tekanan angin dapat menyebabkan beberapa hal yang membahayakan.
Contohnya pelek bisa peyang saat kena lubang dan paling parahnya, bisa menyebabkan dinding ban retak.
Kerugian lain, belum lagi soal konsumsi bahan bakar dan kenyamanan.
Mengeceknya, banyak kok yang menjual tire gauge.
Atau gampangnya, sekarang juga sudah banyak SPBU yang menyediakan kompresor untuk mengisi angin ban berikut indikatornya secara gratis.
Tekanan standarnya bisa dilihat di stiker yang umumnya tertempel di pilar A, sama seperti stiker untuk dimensi ban.
Nah untuk jalan jauh, apalagi bawa beban lebih banyak, tekanan angin bisa ditambahkan sedikit.
Kalau jumlah penumpang full, tekanan belakang wajib disamakan dengan tekanan depan.